Dampak Kebijakan BBM terhadap Kesejahteraan Household

Kebijakan ekonomi adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam suatu negara dalam menetapkan kebijakan atau keputusan dalam bidang ekonomi. Kebijakan ekonomi dibuat oleh pemerintah guna menciptakan kemakmuran di negara tersebut. Kebijakan ekonomi yang baik adalah kebijakan ekonomi yang setidaknya memiliki tiga persyaratan. Syarat pertama yaitu pembuat kebijakan perlu memiliki sence of crisis dimana sebuah kebijakan harus mencerminkan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Syarat kedua yaitu kemampuan persuasif untuk meyakinkan kepada publik bahwa kebijakan tersebut dipilih demi kebaikan. Syarat terakhir yaitu kemampuan inovasi kelembagaan yang baik untuk menjalankan kebijakan tersebut. Tiga syarat tersebut dapat disimpulkan tidak ada dalam proses pembuatan kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM.

Isu kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi isu yang terus berkembang dan menjadi pembahasan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN). Hal ini disebabkan oleh semakin bergantungnya negara Indonesia terhadap impor BBM sebagai konsekuensi logis perubahan posisi Indonesia menjadi net importir BBM sejak tahun 2003. Keterbatasan ruang fiskal pemerintah untuk mendanai program-program pembangunan yang langsung menyentuh golongan ekonomi lemah sebagai akibat dari besarnya mandatory spending dalam postur APBN. Peningkatan harga minyak mentah yang signifikan pada periode transisi pandemi menuju endemi covid-19, mendorong banyak pihak berada pada posisi yang sulit. Kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi solusi terakhir yang pemerintah ambil demi memperbaiki perekonomian Indonesia saat ini.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia, dengan banyaknya populasi tersebut maka menyebabkan tingkat mobilitas tinggi sehingga banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaran pribadi. Untuk dapat menggerakan kendaraan pribadi yang dimiliki maka perlu adanya Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahan Bakar Minyak (BBM) sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang wajib dimiliki setiap masyarakat. Banyaknya kendaraan di Indonesia sehingga menyebabkan besarnya permintaan akan BBM. Bahan Bakar Minyak (BBM) memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat di desa maupun kota terutama pada sektor rumah tangga (household).

Rumah tangga (household) merupakan salah satu sektor yang berdampak langsung atas kebijakan BBM. Rumah tangga (household) membutuhkan BBM untuk aktivitas sehari-hari, misalnya untuk bepergian ke pasar, kantor, maupun sekolah. Saat ini setiap rumah tangga (household) umumnya memiliki dua kendaraan pribadi sehingga kebutuhan akan BBM semakin meningkat ditambah dengan jumlah populasi manusia yang juga bertambah. Rumah tangga (Household) adalah penggolongan lembaga ekonomi berdasarkan kelompok yang melakukan kegiatan rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa household merupakan bentuk lembaga atau kelompok masyarakat yang melaksanakan yang melaksanakan kegiatan ekonomi terkecil atau paling bawah. Kesejahteraan household sangat bergantung kepada bagaimana kebijakan yang ditetapkan lembaga di atasnya menyangkut sistem perekonomian.

Ekonomi makro Islam merupakan ilmu ekonomi yang membahas mengenai pengelolaan dan pengendalian perekonomian sesuai dengan ajaran dalam Islam. Ajaran ini bermuara kepada akidah-akidah Islam yang bersumber dari syariatnya serta bermuara kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Tujuan dari ekonomi makro Islam adalah mewujudkan keadilan dalam sistem perekonomian. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 188 yang artinya “Dan janganlah kamu makan (atau mengambil) harta (orang-orang lain) diantara kamu dengan jalan yang salah”. Perbedaan ekonomi makro Islam dengan ekonomi makro konvensional dalam teori makro digolongkan orang-orang atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar diantaranya: Kegiatan Kelompok Rumah Tangga (Household), Kegiatan Kelompok Perusahaan (Firm), Kegiatan Kelompok Pemerintah (Goverment), Kegiatan Kelompok Negara-Negara Lain (Ekspor-Impor), dan Kegiatan Kelompok Lembaga Keuangan.

Sebelum kebijakan BBM terbaru tahun 2022 rilis, banyak masyarakat Indonesia yang termakan hoax akibat berita harga-harga kenaikan BBM yang melejit. Masyarakat Indonesia rela antre hingga berkilo-kilo meter untuk mengisi kendaraan mereka. Hoax tersebut berisi selebaran yang memuat logo Pertamina yang berisi informasi tentang kenaikan harga BBM bersubsidi mulai tanggal 1 September 2022. Selebaran tersebut memuat harga-harga BBM diantaranya Pertalite yang semula Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, Pertamax semula Rp12.500 per liter menjadi Rp16.000 per liter, dan Solar semula Rp5.150 per liter menjadi Rp7.200 per liter. Hoax tersebut akhirnya direspon oleh pemerintah melalui website resmi yang dimiliki. Respon pemerintah adalah tidak membenarkan akan adanya selebaran tersebut, dan menyangkal harga-harga yang ada di dalam selebaran tersebut.

Hingga akhirnya pada tanggal 3 September 2022, pemerintah resmi mengumumkan harga BBM kepada publik. Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersama sejumlah menteri, diantaranya Menteri ESDM Arifin, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini. Harga BBM terbaru diantaranya Pertalite naik menjadi Rp10.000 per liter, Solar naik menjadi Rp6.800 per liter, Pertamax menjadi Rp14.500 per liter, Pertamax Turbo turun menjadi Rp15.900-Rp16.250 per liter, Dexlite turun menjadi Rp17.100-Rp17.450 per liter, dan Pertamina Dex turun menjadi Rp17.100-Rp18.000 per liter. Penyesuaian harga kenaikan BBM ini mulai berlaku satu jam setelah selesai diumumkan.

Penyebab kenaikan harga BBM di Indonesia yaitu harga rata-rata minyak mentah Indonesia cenderung tinggi. Berdasarkan catatan Pertamina, harga rata-rata ICP per Juli 2022 berada dikisaran $ 106,73 per barel atau lebih tinggi 24 persen daripada bulan Januari 2022. Selain karena hal tersebut, kenaikan BBM juga disebabkan oleh tensi global dan negara produsen. Lebih dari 50% pasukan minyak dunia berada di Timur Tengah dan berpusat di 5 negara, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait, dan Qatar. Negara-negara tersebut cenderung memiliki tensi geopolitik tinggi sehingga membuat pasar khawatir bahwa suplai minyak akan berkurang, sehingga harga minyak global cenderung tinggi. Sebab lainnya yaitu bengkaknya anggaran subsidi, dimana pemerintah harus membayar Rp502 triliun untuk memberikan subsidi BBM dan kompensasi energi bagi masyarakat.

Penyebab kenaikan harga BBM tersebut tentu saja berdampak terhadap semua aspek, salah satunya terhadap kesejahteraan household. Kesejahteraan household harus diperhatikan dengan baik oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah menaikkan BBM menyebabkan turunnya konsumsi BBM di setiap kelompok rumah tangga (household) sehingga setiap rumah tangga (household) terpaksa mengurangi aktivitasnya. Kenaikan harga BBM juga menyebabkan daya beli masyarakat menurun pada setiap rumah tangga (household) karena peningkatan pendapatan nominal jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat inflasi. Hal ini diperparah dengan turunnya tingkat upah pada pekerja yang tidak mempunyai keterampilan (unskilled). Untuk mempertahankan tingkat utilitas yang sama, jumlah rumah tangga (household) dihampir seluruh kelompok pendapatan akan menurun. Hal ini dapat menjadikan tingginya tingkat kemiskinan.

Kemiskinan menjadi indikasi tidak tercapainya kesejahteraan household. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2022 sudah mencapai 26, 16 juta orang atau 9, 54% dari total penduduk di Indonesia. Jumlah tersebut sangat besar sehingga menandakan bahwa tingkat kesejahteraan masih rendah. Kemiskinan bisa menjadi awal terjadinya permasalahan-permasalahan ekonomi lainnya. Ekonomi makro Islam memandang hal tersebut sebagai sebuah ketidakadilan, dimana belum adanya pemerataan kebijakan perekonomian yang baik. Ekonomi yang adil adalah bagian dari masyarakat yang adil, sehat, dan bermoral yang merupakan tujuan utama ekonomi makro Islam. 

Naiknya harga BBM akan menyebabkan GDP rill mengalami peningkatan yang sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh konsumsi rumah tangga (household) turun bahkan setelah diberikan dana kompensasi. Kompensasi pada bidang pendidikan dan kesehatan saja ternyata tidak cukup untuk mengurangi dampak negatif dari peningkatan harga BBM. Diperlukan pula kompensasi tidak langsung yang dapat diberikan dengan membangun infrastruktur dan akses pasar yang menghubungkan desa dan kota. Pemberian dana kompensasi pendidikan dan kesehatan seharusnya spesifik antar daerah sesuai dengan kepentingan yang paling mendesak di masing-masing daerah. Pemetaan pada rumah tangga miskin dan skema kompensasi yang efektif harus dirumuskan dengan tepat.

Dalam ekonomi makro Islam, kenaikan harga BBM menyebabkan rumah tangga (household) mengurangi konsumsi belanja yang biasanya dikeluarkan dan membaginya untuk kebutuhan BBM. Secara simultan kenaikan harga BBM akan menaikkan harga-harga bahan pokok lain yang tentu memberatkan bagi rumah tangga (household) yang masih dalam proses pemulihan ekonomi setelah terdampak adanya pandemi covid-19. Kenaikan harga BBM belum memperhatikan prinsip keadilan dalam ekonomi makro Islam yang harus memenuhi tiga syarat diantaranya kesetaraan, kebebasan, dan kesempatan bagi semua anggota masyarakat dengan menghormati pemanfaatan sumber daya alam, keadilan dalam pertumbuhan, serta keadilan distributif.

Dampak kebijakan BBM sangat beragam adanya bagi rumah tangga (household) di Indonesia. Dampak-dampak tersebut harusnya sudah dipikirkan matang-matang oleh pemerintah Indoenesia. Kenaikan harga BBM memang sudah seharusnya dilakukan demi kebaikan bersama, akan tetapi pemerintah perlu menentukan tingkat kenaikan harga tersebut secara layak dan cermat mengingat daya beli dari rumah tangga (household) di Indonesia umumnya yang belum tinggi. Selain hal tersebut, pemerintah juga perlu memperhatikan waktu atau timing yang tepat untuk melakukan kenaikan harga BBM tersebut secara bertahap. Dampak kebijakan tersebut dapat menjadi positif maupun negatif tergantung dari peran diri sendiri maupun pemerintah.

Kenaikan BBM membuat tidak stabilnya perekonomian Nasional dan secara menyeluruh akan dirasakan oleh pelaku ekonomi rumah tangga (household). Kenaikan BBM cenderung akan menyebabkan ketimpangan ekonomi misalnya kenaikan harga serta pengangguran. Padahal, dalam perspektif ekonomi makro Islam adalah untuk mewujudkan tujuan ekonomi yang adil, makmur, dan sejahtera dibutuhkan seluruh komponen yang ada untuk dapat saling melengkapi dan saling bekerja sama. Komitmen al-Qur’an tentang penegakan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan sangat jelas adanya. Hal ini dibuktikan dengan penyebutan kata keadilan di dalam al-Qur’an yang mencapai lebih dari seribu kali.

Pemerintah perlu secara bersungguh-sungguh dalam memberantas berbagai tindakan kejahatan seperti penyelundupan BBM besar-besaran ke luar negeri, terhadap tindakan lain juga yang dapat merusak pembangunan dan mengakibatkan kesengsaraan serta rendahnya kesejahteraan. Rumah tangga (household) yang juga akan berimbas dengan adanya tindakan kejahatan tersebut. Peran pemerintah untuk dapat mewujudkan kesejahteraan rumah tangga (household) di tengah kenaikan harga BBM diupayakan dengan dikeluarkannya bantuan diantara Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai Rp600 ribu per penerima untuk 20, 65 juta kelompok penerima dengan total senilai Rp12,4 triliun, Bantuan Subsidi Upah (BSU) Rp600 ribu untuk 16 juta para pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta per bulan dengan total senilai Rp9,6 triliun, serta pemerintah juga mengalokasikan sebesar 2% dana transfer umum untuk membantu sektor transportasi baik untuk angkutan umum, ojek,maupun nelayan senilai Rp2,17 triliun.

Bantuan-bantuan tersebut diharapkan mampu membantu rumah tangga (household) akibat kenaikan harga BBM ini. Jika pemerintah ingin menurunkan beban subsidi sebaiknya menggunakan cara konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG). Pemerintah bisa berkonsentrasi pada pengembangan infrastruktur gas yang mana komoditas ini masih melimpah di Indonesia. Bagi setiap rumah tangga (household) adanya kenaikan BBM harus dapat disikapi dengan arif, sabar, serta bijaksana. Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan secara baik dengan cara emosional. Pola hidup sederhana, hemat, dan mampu memilih prioritas untuk dipenuhi secara baik merupakan wujud syukur kita terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada semua makhluk-Nya.

Keseluruhan dampak-dampak kebijakan kenaikan harga BBM tersebut dirasa sangat merugikan masyarakat Indonesia, khususnya rumah tangga (household). Dampak ini menyebabkan munculnya berbagai respon dari masyarakat Indonesia, salah satunya mengatakan bahwa “Kalo BBM naik kebutuhan lain seperti sembako kan tidak mungkin ya dikurangi, masa saya tidak makan gara-gara BBM naik. Ya paling saya lebih membatasi penggunaan kendaraan yang berlebih jadi seperlunya saja,” ujarnya. Respon tersebut menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM memaksa masyarakat untuk dapat mengatur perekonomian mereka agar bisa tetap bertahan hidup. Dalam perspektif ekonomi makro Islam sendiri, kenaikan BBM tidak mampu mencapai tujuannya yaitu mensejahterakan masyarakat. Sebagai negara dengan mayoritas adalah muslim dan menjunjung tinggi kesejahteraan dan demokrasi maka sudah seharusnya dapat mengimplementasikan nilai-nilai tersebut sesuai dengan tujuan ekonomi makro Islam.

Jadi, opininya di sini adalah kebijakan kenaikan BBM masih belum sesuai dengan perspektif ekonomi makro Islam yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia khususnya rumah tangga (household) karena kebijakan kenaikan harga BBM yang baik dan bijak harus bisa sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama yang harus menjadi prioritas yang diutamakan pemerintah sebelum menentukan suatu kebijakan.

Penulis : Citra Anggita (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama