Sedikit Bedanya NU dan Muhammadiyah

Nahdlatul Ulama berdiri pada tahun 1926 dan Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912. Dilihat dari perbedaan waktunya, NU dan Muhammadiyah berjarak 14 tahun saat mereka dibentuk. Namun ada beberapa perbedaan diantara dua organisasi tersebut. Jika dilihat dari latar belakang berdirinya, NU berdiri sebagai organisasi Islam yang didirikan oleh sekelompok ulama Ahlusunnah wal Jamaah, kata “Nahdlatul” dianggap memiliki makna kebangkitan. Sedangkan, Muhammadiyah adalah organisasi yang merupakan gerakan Islam, makna gerakan tersebut adalah sebagai dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar untuk dua ranah, yaitu individu dan masyarakat.

Perbedaan selanjutnya yaitu dalam tata cara beribadahnya, yang perlu kita garis bawahi bersama NU dan Muhammadiyah tetap berpegang pada Al-Qur’an sebagai pedomannya. Namun tetap saja terdapat perbedaan diantara keduanya dalam hal melaksanakan ibadah, contoh saja pada rukun Islam yang kedua yaitu salat. Perbedaan tersebut antara lain NU membaca qunut pada saat salat shubuh, NU membaca niat “usholli” sedangkan Muhammadiyah menganggap niat dalam hati untuk melaksanakan salat dapat dimulai dari kita mengambil air wudhu, yang artinya ketika kita melakukan wudhu kita sudah berniat untuk melaksanakan salat, dan niat tersebut tanpa di lafazkan cukup didalam hati saja jika saya akan salat tertentu dan berapa raka’at karena Allah lillahi ta’ala.

Di dalam salat NU melafazkan kata Sayyidina sedangkan Muhammadiyah menganggap bahwa menambahkan kata Sayyidina dalam salat termasuk larangan dalam agama karena Rasulullah sendiri pun tidak menyebutkan kata itu ketika mengajarkan bacaan tersebut kepada para sahabatnya. Muhammadiyah ingin mengamalkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah apa adanya tanpa tambahan apapun. NU dalam melaksanakan salat tarawih berjumlah 20 rakaat dengan 10 salam yang artinya setiap 2 rakaat salam sama seperti salat shubuh, sedangkan Muhammadiyah melaksanakan salat tarawih hanya 11 rakaat bisa menggunakan format 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1. Dan masih ada beberapa perbedaan lainnya, namun dalam banyak perbedaan tersebut kita harus bijak dalam menyikapinya tidak boleh saling menjelek-jelekan satu sama lain.

Nahdlatul Ulama atau NU dikenal sebagai organisasi Islam yang mentolerir adat dan tradisi Indonesia, sedangkan Muhammadiyah dikenal dengan perjuangannya di bidang pendidikan. Benar saja saya tumbuh di lingkungan Nahdlatul Ulama, dan saya juga mejadi cendekiawan di Muhammadiyah karena saya kuliah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dahulu saya tidak mengerti apa itu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang saya tahu ketika menjelang puasa dan lebaran terdapat perbedaan dalam menentukan jadwal pelaksanaan tersebut. Ketika saya pulang tarawih hari-hari terakhir puasa ramai di televisi menyiarkan sidang isbat untuk menentukan 1 syawal. Metode atau pedoman yang digunakan oleh Muhammadiyah untuk menetapkan 1 Syawal adalah dari hasil hisab hakiki wujudul hilal yang berdasarkan kajian dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Perlu kita ketahui terlebih dahulu tujuan dari Muhammadiyah yaitu menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dari tujuan tersebut dapat diuraikan bahwa Muhammadiyah lahir untuk melakukan pembaharuan atau pencerahan terhadap masyarakat Islam yang masih tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan sehingga dapat meciptakan Islam sebagai agama berkemajuan. Sebelum adanya Muhammadiyah masyarakat sangat percaya dengan TBC yaitu Takhayul, Bid’ah, dan Khurafat, yang dimana 3 hal tersebut sangat dilarang di dalam Islam. Namun tak dapat dipungkiri 3 hal tersebut selalu berada di lingkungan sekitar.

Nahdlatul Ulama atau NU yang dikenal mentolerir adat dan tradisi Indonesia seringkali menganggap bahwa Muhammadiyah adalah ormas Islam yang gencar menyerang tradisi, budaya, amalan, dan praktik-praktik ritual keagamaan lokal yang dilakukan oleh masyarakat NU. Tradisi keagamaan seperti yasinan, tahlilan, kenduren merupakan ciri khas Nahdlatul Ulama. Dilingkungan saya memang tradisi tersebut sering dilakukan, seperti saya dan keluarga saya mengadakan tahlinan untuk kedua orang tua saya yang dimulai dari hari pertama sampai hari ketujuh berturut-turut, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun, 1000 hari dan mendak tahun selanjutnya. Kami pun kerap membaca yasin bersama-sama ketika kamis malam atau malam jum’at. Semua itu kami lakukan serta merta untuk mengirimkan doa untuk kedua orang tua kami karena kami percaya salah satu amalan yang tidak pernah putus yaitu doa anak yang sholeh.

Saat SMK ketika saya Praktik Kerja Lapangan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto saya menemukan beberapa hal, salah satunya ketika mba magang sudah mengambil air wudhu dan bersiap untuk melaksanakan salat dhuhur dia justru mengambil minuman kemudian meminumnya, sontak saya yang tabu akan hal tersebut kebingungan, yang saya tahu setelah kita sudah berwudhu maka segeralah melaksanakan salat dan tidak boleh makan dan minum karena hal tersebut dapat membatalkan wudhu, kemudian saya bertanya kepadanya, dan ia menjawab bahwa makan dan minum tidak membatalkan wudhu. Ini merupakan hal baru bagi saya, karena selama ini yang saya tahu mengeluarkan sesuatu baik dari kemaluan atau mulut seperti muntah, tidur dan termasuk adanya sesuatu yang masuk ke tubuh seperti makan dan minum adalah hal-hal yang membatalkan wudhu. Setelah kejadian tersebut pernah sekali saya ikuti ketika di rumah, dan benar saja saya di kritik oleh kakak saya, saya tidak tahu apakah ini faktor lingkungan Nahdatul Ulama?

Lambat laun setelah saya lulus SMK ternyata saya berjodoh kembali dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dan beruntungnya saya berada di Fakultas Agama Islam dengan Program Studi Hukum Ekonomi Syariah yang dimana selama perkuliahan saya mendapatkan ilmu-ilmu baru terkait Syariah Islam yang mungkin tidak saya dapatkan di program studi atau fakultas umum lainnya. Terdapat mata kuliah Fikih Ibadah pada semester satu, pada mata kuliah tersebut saya belajar tata cara beribadah yang benar, mana yang di larang dan mana yang dianjurkan, sampai saya menemukan jawaban ternyata memang benar makan dan minum tidak membatalkan wudhu.

Saya pun memiliki pengalaman berada di daerah yang ke NU an nya sangat kental, yaitu di daerah sokaraja tempat kakak perempuan saya sekarang tinggal karena dia ikut suaminya. Kebetulan saat itu sedang diadakan pengajian minggu rutinan, ketika saya datang peralatan hadroh sudah tertara rapi diselimuti oleh kain berlogo Nahdlatul Ulama. Pertama kali saya lihat secara langsung dan dekat, pengajian diiring hadrah yang biasanya hanya saya lihat melalui media sosial. Walaupun lingkungan saya juga mayoritas NU namun belum pernah saya jumpai shalawatan diiringi hadrah seperti itu, yang ada hanya kajian atau kultum yang diisi oleh ustad-ustadz.

Berkuliah di kampus Muhammadiyah cukup memberikan gambaran yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggal saya. Sebenarnya di lingkungan saya pun tidak terlalu condong terhadap dua hal tersebut baik Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah, kami bermasyarakat dengan tentram dan saling menghargai terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan diantara 2 organisasi tersebut. Dan saya pun bingung terhadap identitas saya, apakah saya Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama, menurut saya tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, yang terpenting dalam menyikapi hal tersebut kita tetap harus berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta tidak bertentangan dengan syariat Islam. Yang baik kita amalkan, yang buruk kita tinggalkan. Percaya dan yakin apa yang kita lakukan hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Menurut saya Muhammadiyah merupakan ajaran yang sesuai dengan syariat Islam, akan tetapi disisi lain kebiasaan lingkungan saya seperti tahlilan dan yasinan setiap malam jum’at masih rutin dilakukan untuk mengirimkan doa bagi kedua orang tua kami.

Penulis : Dea Amelia (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



14 Komentar

  1. Menurut saya,Walaupun Muhammadiyah dan NU memiliki beberapa perbedaan setidaknya masyarakat tidak yang membuat perbedaan itu memecah umat muslim, lagi pula yang berbada dalam hal furuiyah saja.

    BalasHapus
  2. Athallah Pasca Ramadhan (2106040006)

    Perbedaan pasti sselalu ada dikalangan manusia karena semua manusia memiliki akal, pikiran, jiwa dan prinsip yang berbeda beda. Perbedaan antara kepercayaan Muhammadiyah dan Nu bukan lagi hal yang asing bwt warga Indonesia. Tetapi saya kurang setuju dengan persaingan yang tidak sehat antara kedua belah pihak. Entah menjelek atau merendahkan satu sama lain didepan umum maupun masih dalam lingkup organisasi islam tersebut. Sebenarnya dengan beda kepercayaan ini menjadi suatu ajang perbadningan bagi seseorang tentang apa yang sesuai dengan Al Quran dan Hadis Nabi Salallahualaihi wassalam. Bukan malah jadi membenci antara kedua belah pihak tersebut. Karena yang selama ini saya lihat yaitu antar mereka sering terjadi olok mengolok satu sama lain baik secara halus maupun kasar. Lebih mencolok ketika kita ke wilayah yg berbeda paham, itu seperti dijauh jauhi atau dihindari oleh mereka karena beda paham. Dan hal ini tidak pantas dilakukan oleh warga negara Indonesia karena bisa memcah persatuan dan kesatuan antara umat muslim didalamnya.

    BalasHapus
  3. Gilang Sanjaya_2106040019
    Perbedaan dalam gerakan Muhammadiyah dan NU sangatlah umum diketahui namun kita sebagai umat Islam yang bijak kita tidak boleh menghakimi mana yang benar dan mana yang salah,Semuanya itu benar jika jika berdasarkan Al- Qur'an dan As-sunnah
    Jadi sudah patutnya kita saling menghargai.

    BalasHapus
  4. Siti RUkoyah

    Benar sekali apa yang dikatakan mba Dea, perbedaan itu jangan jadikan suatu hambatan, kadang dengan perbedaan kita bisa belajar satu sama lain baik muhammadiyah belajar NU atau sebaliknya. Selain hal tersebut, ketika kita digabungkan dalam suatu kampus contoh kita sendiri berkuliah di Muahmmadiyah itu adalah salah satu pemikira "salah jalur, tapi ini jalur benar" iya kata itu yang mewakili mahsiswa NU, awal masuk berbeda dan merasa sulit menyesuaikan ditambah dengan prodi yang kemuhammadiyahan kental membuat kita belajar banyak, tetapi banyak juga mendapat ilmu terkait kegaitan di NU yang sering kita tanya di mata kuliah prodi kita ternyata apa yang kita lakukan menggunakan hadis lemah dan ini menjadi suatu revisi pada kita. Dan mahasiswa muhammadiyah belajar juga terkait dengan NU, dengan hal tersebut pemahaman satu sama lain antara muhammadiyah dna NU lebih tinggi dan tidak saling menjatuhkan

    BalasHapus
  5. Amalia Saumi

    Sebagai orang yang hidup ditengah masyarakat bermayoritas NU saya pun mengalami hal yang sama dengan penulis. Walaupun masyarakat ditempat saya Nu tetapi mereka tidak terlalu memaksakan harus semuanya. Namun, mereka masih membebaskan masyarakat apakah ia Nu ataupun Muhammadiyah karena sama-sama masih dalam ajaran Islam yang bersumber dari Alquran. Dan saat pertama kali mengetahui Muhammadiyah, saya dapat dibilang mengalami culture shock dengan perbedaan yang ada antara Nu dan Muhammadiyah. Banyak hal yang saya pertanyakan terkait Muhammadiyah, seperti mengapa ketika shalat tidak menggunakan Qunut, mengapa jika ada sodara yang wafat hanya mengadakan tahlilan satu kali, mengapa ketika melaksanakan salat tarawih hanya 11 rakaat, dan mengapa Muhammadiyah sering kali melaksanakan lebaran lebih awal dari yang ditetapkan pemerintah memang bagaimana cara dan metode perhitungan untuk menetapkan satu Syawal tersebut. Dan semua pertanyaan ini terjawab ketika saya melaksanakan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan mengikuti organisai IMM.

    BalasHapus
  6. Shalsa Nabila Amandasari

    Gambaran sejarah masa lalu bahwa NU Muhammadiyah sebenarnya adalah dua organisasi masyarakat yang mempunyai sikap sangat moderat yang patut dicontoh, sehingga mewujudkan kebebasan memeluk agama adalah bahwa Islam mengayomi secara penuh hak-hak kaum dzimmi, yakni nonmuslim yang mengadakan perjanjian damai di wilayah kekuasaan umat Islam.

    BalasHapus
  7. Zaky Syafiqur Ridha (2006040022), Kapita Selekta HES

    Baik Muhammadiyah Maupun NU merupakah organisasi masyarakat yang saling membangun bangsa ini.., sama sama bertujuan baik membangun bangsa dan negara.., menumbuhkan tunas..penerus bangsa yang berpegang kepada syariat Islam tidak ada yang salah antara muhammadiyah ataupun NU pada hakikatnya kedua ormas ini bergerak pada kebaikan hanya saja beberapa oknum yang kurang paham mengenai Islam itu sendiri berusaha untuk saling menjatuhkan,merasa ormas yang di ikutunya adalah yang terbaik.., tidak sepantasnya ada individu yang seperti itu Naudhubillah, semoga kita selalu dalam jalan kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

    BalasHapus
  8. Mutiara Jati Abdawiyah (2006040021)

    Muhammadiyah dan NU memang memiliki beberapa perbedaan yang begitu mencolok, namun menurut pandangan pribadi saya perbedaan ini bukan menjadi suatu permasalahan, terbukti dengan masyarakat muhammadiyah atau NU bisa saling hidup bersama dan saling mentolerir. Pada dasarnya Muhammadiyah dan NU memiliki tujuan sama yaitu islam yang ingin mendapat ridho dari allah.

    BalasHapus
  9. Bunga Abiyya Azzahra (2006040014)

    Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan sejarah yang panjang. Kedua organisasi tersebut memiliki tujuan dan misi yang sama yaitu untuk memperkuat agama Islam dan membantu masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan.
    Meskipun memiliki kesamaan dalam tujuan dan misi, Muhammadiyah dan NU memiliki beberapa perbedaan. Salah satu perbedaan utama antara Muhammadiyah dan NU adalah dalam pandangan mereka tentang tradisi Islam dan praktik keagamaan.
    Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang lebih cenderung kearah modernisasi dan reformasi Islam. Mereka memandang bahwa ajaran Islam harus diperbarui agar sesuai dengan tuntutan zaman modern. Oleh karena itu, Muhammadiyah lebih mendorong umat Islam untuk mengembangkan kemampuan dan ilmu pengetahuan, serta memperhatikan masalah sosial dan kemasyarakatan.
    Sementara itu, NU memiliki pandangan yang lebih konservatif dalam menginterpretasikan Islam dan menjaga tradisi Islam yang sudah ada. NU menganggap bahwa Islam sudah memiliki panduan lengkap dalam Al-Quran dan Hadis, sehingga tidak perlu lagi diperbarui atau direformasi.
    Perbedaan lainnya antara Muhammadiyah dan NU adalah dalam bentuk struktur organisasi mereka. Muhammadiyah memiliki struktur yang lebih terpusat dan hierarkis, dengan kepemimpinan yang kuat dan sentral. Sedangkan NU memiliki struktur yang lebih terdesentralisasi dan memberikan otonomi yang lebih besar kepada cabang-cabang di tingkat daerah.
    Namun, perbedaan-perbedaan tersebut tidak menghalangi keduanya untuk saling bekerja sama dalam memperjuangkan kepentingan umat Islam dan membangun Indonesia yang lebih baik. Keduanya memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam memajukan Islam dan masyarakat Indonesia.

    BalasHapus
  10. Ridwan Nur Sya'bani
    Dalam islam perbedaan sangatlah wajar, terutama d Indonesia ini yang terdapat bendera organisasi islam yang banyak dari yang di akui masyarakat hingga yang dilarang pemerintah, menilik organisasi Islam terbesar nu dan Muhammadiyah sangatlah kental dengan perbedaannya, saya sangat setuju dengan pandangan si penulis bahwa tidak asa yang benar dan juga yang salah, semua kembali lagi segala syariat itu sumbernya itu bukan dari masing-masing kelompok, tapi bersumber dadi Al Qur’an dan As-Sunah.

    BalasHapus
  11. Dinda Rizqi Amalia 2006040018
    Perbedaan-perbedaan di kalangan ulama, termasuk pula bila kita melihat ulama-ulama yang ada di Indonesia, seringkali dipicu karena perbedaan dalam memahami dalil agama atau perbedaan dalam menggunakan dalil. Sejauh perbedaan itu tidak menyentuh esensi ajaran agama maka perbedaan pendapat itu adalah rahmat bagi seluruh umat manusia.

    Perbedaan pendapat itu bukan laknat, justru umat Islam bisa memilih antara pendapat ulama yang satu atau ulama yang lainnya. Kita bisa mengikuti pendapat ulama yang membolehkan, atau mengikuti pendapat yang tidak membolehkan. Dengannya, kita bisa bermazhab kepada satu ulama, dan meninggalkan mazhab ulama yang lain. Ini adalah sesuatu yang sah di dalam tradisi pemikiran dan hukum Islam.

    BalasHapus
  12. Farel Eki Alifauzan 2006040003
    Untuk perbedaan sebenarnya tidak terlalu diperbesar-besarkan tentunya karena semua itu masih dalam koridor islam yang satu dibawah ahlu sunnah wal jamaah.
    NU sendiri mereka sedikit menggabungkan budaya dalam pengajarannya karena agar diterima masyarakat yg ada di Indonesia terutama yang masih kental dengan adat istiadat mereka.

    BalasHapus
  13. Anisa Suryani
    Adanya perbedaan tersebut tidak membuat kita menjadi pilih-pilih dalam bersosialisasi sesama umat muslim, justru dengan adanya perbedaan tersebut membuat kita menjunjung tinggi apa itu arti “toleransi”

    BalasHapus
  14. Hana Nurhasanah 2006040029

    secara doktrinal, NU dan Muhammadiyah mempunyai beberapa perbedaan atau distingsi terutama dalam pengamalan ibadah yang bersifat Furuiyah (cabang-cabang) dalam Islam. Karena perbedaan sudut pandang dan metode ijtihad yang dikembangkan oleh dua organisasi Islam itu,
    Perbedaan pendidikan dan pengalaman itulah yang menyebabkan NU dan Muhammadiyah menjadi dua organisasi yang berbeda, meski hal tersebut tidak bersifat prinsipil. Sehingga, perbedaan NU dan Muhammadiyah ini masih berada dalam koridor toleransi dan tidak sampai menimbulkan konflik

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama