Perbedaan Budaya atau Kebiasaan Muhammadiyah dan NU

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

Muhammadiyah juga memiliki banyak lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA/K, pondok pesantren dan perguruan tinggi. Untuk TK atau PTQ berjumlah 4623; SD/MI 2.604; SMP/MTS 1772; SMA/SMK/MA 1143; Ponpes 67; dan perguruan tinggi 172. Keseluruhan amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah dalam bidang pendidikan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua. Salah satunya tempat saya kuliah yaitu Universitas Muhammadiyah Purwokerto atau dikenal sebagai UMP.

Dilihat dari banyaknya penduduk di sekitar saya sebanyak 50% merupakan tokoh Muhammadiyah dan 50% lagi merupakan tokoh NU, menurut saya perbedaan dari Muhammadiyah dan NU sendiri dapat dilihat dari kebiasaan atau kebudayaannya. Sebagai contoh para tokoh NU memiliki kebudayaan berdoa bersama untuk orang yang baru meninggal atau biasa disebut dengan tahlilan acara berdoa tersebut biasanya dilakukan selama 7 hari, sedangkan para tokoh Muhammadiyah tidak memiliki kebiasaan tersebut mereka hanya mendoakannya secara pribadi tidak dilakukan secara bersama-sama, dan sekolah NU di lingkungan saya memiliki kebiasaan menyapu makam setiap hari Jum’at sedangkan sekolah Muhammadiyah tidak memiliki kebiasaan itu.

Selain dilihat dari kebiasaan atau kebudayaannya Muhammadiyah dan NU juga memiliki perbedaan dari doa shalatnya, menurut saya doa di ajaran Muhammadiyah lebih mudah untuk dihafalkan dan lebih pendek juga sedangkan di ajaran NU doanya lebih panjang dan lumayan sulit untuk dihafalkan. Selain itu Muhammadiyah dan NU memiliki perbedaan rakaat shalat tarawih dimana Muhammadiyah biasanya melaksanakan shalat tarawih sebanyak 11 rakaat sedangkan NU melaksanakan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat, saat shalat idul fitri biasanya Muhammadiyah melaksanakan di tempat terbuka seperti lapangan dan NU melaksanakan shalat idul fitri di masjid dan halaman masjid saja. Di lingkungan sekitar saya biasanya shalat jum’at yang dilakukan para tokoh NU durasinya lebih lama dari pada yang dilakukan para tokoh Muhammadiyah, saya juga sangat jarang bahkan tidak pernah melihat para tokoh Muhammadiyah melakukan hadroh seperti yang dilakukan para tokoh NU.

Kemuhammadiyahan di lingkungan saya memiliki kebiasaan pengajian Aisyiyah yang dilakukan secara bergilir dan beda tempat, seperti pengalaman saya dimana rumah saya kebagian untuk tempat pengajian ibu-ibu Aisyiyah, dalam pengajian ini para ibu-ibu melakukan hafalan suratan pendek terlebih dahulu lalu diisi dengan kajian dari pengisinya setelah itu menyanyikan mars Aisyiyah.

Jadi kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu total tokoh Muhammadiyah dan NU di lingkungan saya seimbang karena masing-masing memiliki total 50%, dan ada banyak perbedaan yang dimiliki oleh Muhammadiyah dan NU, terlepas dari perbedaan kebudayaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh NU dan Muhammadiyah kita harus tetap saling menghormati satu sama lain tanpa memandang golongan.

Penulis : Mohammad Rafael Dewa Wibowo (mahasiswa Prodi Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama