Dampak pandemic covid-19 masih dirasakan sampai
saat ini. Hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan, salah satu contoh
dalam bidang ekonomi. Dunia perekonomian melemah, penurunan pertumbuhan ekonomi
diikuti dengan banyaknya pengangguran. Hal tersebut disebabkan pada saat
pandemi banyak perusahaan terganggu sehingga banyak karyawan yang dirumahkan.
Banyak diantara mereka beralih profesi agar tetap memperoleh penghasilan.
Kesulitan ekonomi bukan hanya dirasakan oleh
karyawan yang dirumahkan, tetapi juga dirasakan oleh para pedagang kecil.
Sebagai contoh adalah para pedagang kecil yang berjualan dilokawisata.
Tempat-tempat wisata ditutup karena dikhawatirkan sebagai salah satu pemicu
penyebaran covid-19, yaitu terjadinya banyak kerumunan orang. Dengan ditutupnya
tempat-tempat wisata, para pedagang kecil di lokawisata tidak lagi punya
penghasilan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, banyak diantara mereka yang
memutuskan menjadi pedagang makanan keliling.
Saat ini meskipun tempat-tempat wisata sudah
dibuka Kembali, Sebagian dari mereka tetap memilih sebagai pedagang makanan
keliling karena ternyata penghasilan yang diperoleh lebih banyak dari pada
menjadi oedagang di lokawisata. Dengan bertambahnya pedagang makanan keliling,
berpengaruh terhadap diri saya sebagai pedagang makanan keliling yang sudah
saya tekuni lama sebelum masa pandemi covid-19, meskipun tidak berpengaruh
terhadap penghasilan yang saya dapatkan, namun dibutuhkan waktu lebih lama
untuk menghasilkan dagangan saya.
Sedikit cerita tentang saya, saya adalah
seorang pemuda yang sejak kecil ingin hidup mandiri. Selepas SMK saya
memutuskan untuk bekerja. Sebenarnya pernah terlintas dalam pikiran saya untuk
kuliah, pikiran itu muncul pada waktu saya duduk di kelas 2 SMK. Waktu itu saya
mengikuti PKL disalah satu instansi pemerintah yaitu KPP Pratama Purwokerto.
Melihat pegawai yang ada di kantor tersebut dalam hati saya berpikir, alangkah
enaknya jadi pegawai “saya ingin kuliah supaya bisa menjadi pegawai.”
Menjelang kelulusan SMK, pikiran saya untuk
melanjutkan ke jenjang perkuliahan sirna, kondisi orang tua tidak memungkinkan
untuk membiayai saya kuliah. Bahkan orang tua berharap agar saya bekerja untuk
membantu keluarga.
Selepas SMK saya merantau ke Jakarta, meskipun
tidak mudah akhirnya saya mendapatkan pekerjaan. Hanya beberapa bulan bekerja,
saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Hal itu disebabkan karena saya tidak
bisa menjalankan ibadah dengan tepat waktu. Akhirnya saya memutuskan pulang
kampung.
Di kampung saya sempat bingung untuk mencari pekerjaan. Alhamdulillah, saya
dipertemukan dengan seseorang yang berjualan donat keliling. Setelah mendapat
masukan dari orang tersebut, akhirnya saya memutuskan ikut berjualan. Donat
yang kami jual, kami ambil dari industri rumahan yang sudah berhasil dalam
usahanya. Kami mengambil dagangan dan setor uang sesuai dengan jumlah donat
yang diambil, dan apabila donat tidak habis maka menjadi tanggung jawab kami.
Kami berjualan dari kampung ke kampung. Dengan berjualan donat saya berusaha
untuk menghidupi diri sendiri.
Sebelum masa pandemi saya berjualan dari jam 6
pagi sampai jam 9 pagi. Namun dimasa pandemi dan masa sesudah pandemi kadang
dagangan baru habis sekitar jam 10 pagi atau jam 11 pagi. Itupun harus keliling
ke kampung-kampung yang lebih jauh dari biasanya. Seiring berjalannya waktu
saya mendapatkan kesempatan untuk kuliah dengan beastudy. Semenjak kuliah saya
berjualan pada hari libur atau hari dimana saya masuk kuliah siang hari. Namun
Ketika hari libur kadang berbenturan dengan kegiatan yang harus saya ikuti
sebagai mahasiswa penerima beastudy. Demikian juga Ketika masuk siang berjualan
dulu, kadang terpikir dagangan belum habis sedangkan waktu harus berangkat
kuliah.
Saya harus tetap berjualan untuk membiayai
hidup dan disisi lain saya harus tetap kuliah untuk masa depan saya. Apalagi
kesempatan mendapatkan beastudy tidak bisa dengan mudah didapatkan oleh
seseorang. Dilema tersebut membuat saya berpikir untuk memiliki usaha yang bisa
menghasilkan uang dan usaha tersebut tidak mengganggu kuliah saya. Terbesit
dalam bebnak saya untuk mengikuti jejak teman jualan saya. Sekarang dia sudah
membuat donat sendiri dan memiliki 3 orang yang memasarkan dagangannya termasuk
saya sendiri. Saya akan mengumpulkan uang untuk modal. Suatu saat nanti saya
tidak lagi harus berjualan keliling. Saya akan membuat donat sendiri pada malam
hari dan saya akan membuka lowongan untuk orang lain supaya memasarkan donat saya. Dengan demikian waktu
pagi dan siang hari saya bisa fokus kuliah. Selain hal tersebut saya juga ada
bisnis lain yaitu bis kecil dan travel, saya kadang membawa rombongan suatu
kelompok masyarakat semisal ibu-ibu PKK atau lainnya untuk berwisata, kegiatan
tersebut saya lakukan Ketika hari perkuliahan libur, yaitu antara sabtu dan
minggu. Biasanya rombongan yang saya bawa tujuannya ke pantai, itu yang paling
sering, Adapun ke tempat lain pun juga, namun tidak sering.
Banyak hal yang saya dapati Ketika saya membawa
rombongan, tanpa disadari ternyata saya juga ikut liburan yang dimana itu
kesukaan saya, hal yang seru Ketika membawa rombongan adalah saya makan gratis
dan tentunya bisa saling kenal dengan orang-orang yang mungkin awalnya tidak
saya kenal. Itulah kegiatan saya saat ini yang sedang saya jalani.
Jika Kembali ke zaman saya kecil dulu, dulu
saya waktu masih SD saya adalah anak yang mungkin dikatakan bandel, suka
berantem waktu kelas 1-3 SD. Tapi setelah saya berpikir bahwa berantem tidak
ada gunanya akhirnya saya pun menyesalinya, apalagi saya bukan dari keluarga
yang punya. Sejak itu saya memulai bisnis kecil saya yaitu saya berjualan di
sekolah. Saya tidak merasa malu kalau saya berjualan. Waktu itu saya berjualan
: Kelereng, krpik kulit mlinjo, kripik pisang. Saya Punya kelereng banyak,
hampir satu ember besar. Tapi semua itu saya jual dengan cara dibungkus memakai
plastik, satu plastic isi 3 kelereng dengan harga yang terjangkau sehingga
temen-temen bisa membelinya. begitupun kripik kulit mlinjo dan kripik pisang
saya bungkus memakai plastic bening, kemudian saya jual dengan harga murah.
Waktu itu saya lupa harganya berapaan. Kegiatan seperti itu saya lakukan terus
menerus selama saya SD. Saya jualan seperti itu tentunya buatan ibu saya
sendiri, ibu saya masakannya enak. Selepas itu ibu saya juga bisa membuat
krupuk logendar, krupuk yang dimana jarang orang bisa membuatnya. Ya mungkin
simple dari bahan-bahan, tapi saya sendiri juga tidak bisa membuatnya. Kerupuk
logendar adalah kerupuk yang banyak disukai orang-orang, mungkin didaerah
perkotaan jarang ada, karena ini biasanya terdapat di Pedesaan.
Ibu saya
bisa membuat kerupuk logendar karena awalnya sering membantu mbah saya, setelah
sekian lama membantu mbah, akhirnya ibu saya bisa membuatnya. Ibu saya berbeda
dengan mbah, mbah biasanya membuat kerupuk logendar bisa sampai kurang lebih
8-10 Kg perharinya. Harga perkilonya 10 ribu, jadi perharinya bisa dapat uang
sekitar 100 ribu. berbeda dengan ibu saya yang seharinya paling bisa bikin 3-4
Kg, tapi ibu saya bisa membuat Kerupuk
logendar waktu saya sudah SMK, dan pada saat itu harganya sudah naik,
perkilonya 15 ribu. dengan begitu pemasukan yang didapat ibu saya lumayan besar
alhamdulillah. Pada saat SMK qodarullah ada guru yang mengetahui kalau ibu saya
bisa bikin kerupuk logendar, dari situ bisnis saya di SMK mulai berjalan
pelan-pelan. Saya sebagai tim pemasaran saya senang bisa membantu ibu saya
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan finansial yang mungkin belum tertutup
jika Cuma mengandalkan penghasilan dari bapak.
Dari situ guru-guru saya di SMK sering memesan
kerupuk logendar ibu saya, biasanya guru-guru saya di SMK semisal memesan itu
lebih dari satu kilo, bahkan ada yang menjadi langganan. Saya merasa senang dan
bersyukur atas rezeki yang Allah berikan kepada saya dan ibu saya.
Rizal Maryanto (mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Purwokerto)