Ada Apa dengan Karakteristik Budaya Islam Masyarakat Baturaden?

Dinamika keagamaan, salah satu syarat kehidupan manusia yang sangat penting adalah keyakinan.  Agama ini bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Untuk mencapai kedua ini harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Agama di segala tempat merupakan masalah yang rumit dan hangat untuk umat manusia. Di satu pihak agama dijunjung tinggi sebagai pedoman menuju keselamatan umat manusia, sebagai unsur tetap dasar segala kebudayaan dan perikemanusiaan. Tetapi di lain pihak tidak dapat disangkal bahwa dalam berbagai bentuk dan ekspresinya agama oleh banyak orang diyakini sebagai sesuatu sangat berlebihan, sehingga kita seringkali melihat tindakan-tindakan yang selalu mengatasnamakan agama.

Saya tinggal di lereng Gunung Slamet tepatnya di Baturraden (kemutug kidul) yang rata-rata mayoritas beragama Islam. Dalam kehidupan agama Islam berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Bagi masyarakat pedesaan, agama merupakan pedoman hidup yang mengandung makna ritual dan aplikasi keseharian, tidak lebih dan tidak kurang. Padahal jika ditelaah lebih jauh dan mendalam, agama tidaklah sesempit makna tersebut. Agama Islam merupakan tata nilai yang universal dan humanis yang sangat sesuai dengan segala tempat dan zaman. Agama Islam hadir ke muka bumi dengan serangkaian hukum-hukum dan undang-undang yang mengarah kepada kemaslahatan umat manusia.

Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyarakatan yang ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling tolong-menolong antara sesama manusia dalam kebaikan.

Dapat simpulkan bahwa agama bagi masyarakat pedesaan merupakan sesuatu yang sakral dan aturan Allah yang harus dijunjung tinggi serta harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Sedangkan tentang pengamalan ajaran agama Islam oleh masyarakat setempat di pandang sebagai suatu yang sangat wajib hukumnya untuk di amalkan. Ajaran agama Islam, baik itu yang bersifat mahdhah (murni/tidak tercampur) ataupun gairu mahdhah (tidak murni/tercampur) dipandang perlu untuk sama-sama diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keduanya akan mendatangkan pahala bagi yang menjalankannya.

Persepsi masyarakat tentang Pendidikan Agama Islam di pedesaan ditinjau dari latar belakang pekerjaan masing-masing. Sebagai contoh petani lebih berfokus pada perekonomian untuk mencari nafkah dan rata-rata anaknya berkeinginan untuk mengikuti jejak orang tua mereka sebagai petani. Jadi pendidikan di keluarga petani dianggap kurang penting sehingga pengetahuan mereka tentang dunia pendidikan terbatas. Masyarkat peternak di desa memiliki persepsi yang sama diantaranya  menerapkan didalam kehidupan sehari-hari. Tetapi Pendidikan Agama Islam hanya sebagai sebuah pembelajaran yang dapat di terapkan di dalam kehidupan sehari hari tanpa menjabarkan lebih dalam apa itu Pendidikan Agama Islam.

Buruh memaknai Pendidikan Agama Islam berkaitan dengan akhlak. Akhlak yang diajarkan oleh orang tua mereka bagaimana cara berakhlak dengan baik. Kedua buruh di desa tersebut lebih mementingkan mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidupnya di bandingkan pendidikan. Masyarakat pedagang lebih memaknai pendidikan agama islam sebagai pedoman di dalam hidupnya karena dengan menjadikan pendidikan agama Islam sebagai pedoman mereka dapat hidup dengan tentram, damai dan aman. Ketika di dalam beemasyarakat juga mereka sudah siap bila di minta tolong melakukan hal yang berhubungan dengan agama.

Di tempat saya mayoritas masuk ke dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU), yang didalamnya berdiri organisasi pelajar bernuansa islam yaitu Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU). Ada juga di bidang keamanan yaitu BANSER dan untuk para pemuda Nahdatul Ulama dikenal dengan nama ANSOR. Para pemudi juga tergabung dalam organisasi bernama Fatayat. Untuk ibu-ibu juga dinaungi oleh Nahdatul Ulama yaitu Ibu-ibu Muslimat.

Selain itu, di desa tersebut terdapat tradisi di kalangan masyarakat ketika ada sanak saudara atau keluarga yang meninggal dunia, selalu diadakan acara tahlilan yang bertujuan untuk mendoakan si mayit, agar amal solihnya diterima dan diampuni semua kesalahan yang pernah diperbuat. Oleh karena itu ahlulbaitnya mengadakan perkumpulan yang dimana isinya membaca kalimah toyyibah dan tahlil. Kalau di masyarakat kita biasa disebut dengan Tahlilan. Acara tersebut dilaksanakan biasanya selama 7 hari sejak kematian, kemudian diteruskan sampai 40 hari maupun setiap tahun (haul). Dalam acara tersebut berisi doa bersama yang didahului dengan membaca tawassul, kemudian surat-surat pendek dan seterusnya dengan ditutup membaca tahlil (Lailaha Illallah) yang jumlahnya berbeda-beda setiap daerah, dan juga tergantung Imamnya. Pada acara tersebut juga bentuk shodaqoh (dalam wujud selamatannya yang berisi bahan sembako) dan bersilaturrahim (dalam wujud kumpul bersama di rumah duka).

Di desa saya ada Masjid yang bernama masjid Jami, dimasjid tersebut diadakan kegiatan Pendidikan (TPQ) seperti mengaji yang biasanya dilakukakan oleh anak-anak pedesaan. Di TPQ tersebut anak-anak diajarakan cara menulis arab, membaca Alqur'an, berlatih adzan, sholawatan bersama dan masih banyak  lagi kegiatan yang tentunya positif untuk dilakukan. Di Masjid tersebut juga sering diadakan pengajian, tahlilan dan maulidan ketika hari kamis (malam Jum'at), dan hari-hari besar Islam contohnya ketika memasuki bulan Muharram atau tahun baru Islam selalu diadakan pengajian akbar untuk menyambutnya, tentu saja dengan mengundang Kyai besar dari luar kota.

Selanjutnya ketika bulan Rabiul Awal atau Maulid Nabi diadakan pembacaan Maulid dirumah-rumah warga secara bergantian selama satu bulan penuh. Sebelum memasuki bulan Ramadhan diadakan ziarah makkam di kuburan dipimpin oleh Kyai setempat dan juga diadakan pengajian akbar untuk menyambut bulan suci ramadhan. Saat bulan ramadhan diadakan tadarus bersama yang diikuti oleh IPNU dan IPPNU, anak-anak TPQ, dan ibu-ibu muslimat. Dan pada malam ganjil di akhir bulan ramadhan diadakan Qiyamul Lail menunggu datangnya malam Lailatul Qadar. Saat malam Hari Raya Idul Fitri diadakan takbir keliling yang diisi oleh mushala-mushala sekitar. Setelah selesai takbir keliling mengelilingi desa lalu dilanjutkan takbiran di Masjid hingga pagi menuju sholat ied dilaksanakan.

Saat Hari Raya Idul Fitri tiba kita semua melaksanakan Sholat ied di lapangan sepak bola karena agar lebih leluasa dan banyak menampung orang sekaligus seluruh warga desa. Setelah sholat Ied selesai, diadakan salam salaman yang bertujuan untuk saling maaf memaafkan. Ada lagi kegiatan pada saat Hari Raya Idul Adha sama seperti Hari Raya Idul Fitri sholat Ied pun masih tetap dilapangan sepak bola, penyembelihan hewan qurban juga sekaligus dilapangan. Setelah selesai, kemudian daging-daging hewan qurban dibagikan ke warga sekitar masjid tersebut.

Berdasarkan pembahasan yang saya amati tentang dinamika keagamaan di pedesaan Baturraden diatas dapat disimpukan bahwa masyarakat di pedesaan masih sangat berpegang teguh dengan ajaran Islam yang dicampurkan dengan adat Jawa. Islam di pedesaan ini memang unik, karena dua hal yang sangat mencolok dan melekat sebagaai suatu ciri khas. Pertama, Islam di pedesaan berkembang dalam suasana yang sederhana, umumnya mengusum misi kebersamaan dan gotong royong. Kedua, mereka muslim yang tidak pernah terlibat dalam percakapan islam sebagai ilmu pengetahuan, agama dipraktekan dengan suasana yang penuh kepraktisan, ceramah dan pengajian biasanya berada di seputar kisah wali songo dengan segala cara dalam mengislamkan pulau jawa.

Penulis : Nazilatul Fitri (Mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

Editor    : Sisi





1 Komentar

  1. Regy Jolian Tofan
    210201025

    menurut saya artikel diatas sesuai yang saya alami sekarang dipedesaan tepatnya atasnya kemutug kidul yaitu kemutug lor, kebanyakan agama disini bercampur dengan adat setempat seperti maulidan dan lain lain. setiap bulan ramadhan pasti kebanyakan orang akan berziarah bersama sama sesuai dengan jadwal masjid masing masing.dan hubungan sosial dipedesaan lebih erat.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama