Perbedaan Agama Di Desa Cindaga dan Cara Menyikapinya

Agama merupakan suatu kepercayaan yang harus kita patuhi dan dihargai  apapun keberadaan dan perbedaanya. Maksud dari dihargai adalah dapat ditujukan kepada agama yang dianut oleh masyarakat lain. Di desa saya terdapat 5 agama yang dianut oleh masing-masing masyarakat, terdiri dari  agama Islam, Kristen, Budha, Katholik dan Konghuchu, serta masyarakat yang masih erat dalam adat  kejawennya. Tempat ibadah di Desa Cindaga sendiri sudah lengkap fasilitas beribadah termasuk Masjid, Vihara, dan Gereja kecuali Klenteng yang belum ada. Di Cindaka sendiri masyarakat nya saling menghormati satu sama lain. Mulai dari menghormati bagaimana cara beribadah serta disetiap mengadakan acara terkait agama masing-masing.

Di Desa Cindaga tidak hanya memiliki 5 ragam agama, akan tetapi agama Islam yang memiliki satu paham agama yang berbeda, seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, serta LDII, dan lainnya. Akan tetapi hal tersebut sama sekali bukan sesuatu yang menjadi sebab ketidakrukunan maupun sebaliknya. Perbedaan paham dalam agama Islam di Cindaga sangat erat dengan kerukunan dalam menjalani pahamnya masing-masing dan menghormati satu sama lainnya. Contoh yang dapat di ambil dari perbedaan agama yaitu Islam seperti amaliyah dan Muhammadiyah yang dalam ibadahnya memiliki cara sendiri, sangat di hargai dan di hormati oleh yang Nahdhatul Ulama.

Nahdatul Ulama dalam ibadah maupun amaliyahnya memiliki cara sendiri, begitu pula dihargai oleh Muhammadiyah. Semuanya memiliki cara pandang sendiri dalam pemahamannya, tanpa adanya paksaan dan keegoisan. Agar terciptanya lingkungan yang aman, damai dan sejahtera masyarakat Desa Cindaga harus tetap menjaga kelestarian umat beragama, saling menghormati dan saling menghargai agar tidak ada perpecahan di dalamnya.

Setiap ada acara menyangkut tentang keagamaan saya mengalami  pada acara Idul Fitri dan hari besar Islam yang lain nya untuk masyarakat Cindaga masih erat persaudaraannya ketika berkeliling untuk bersalaman di rumah orang non Islam pun terbuka lebar untuk para tamu muslim yang hendak ber silahturahmi yang menurut saya itu adalah hal yang perlu di apresiasi untuk mempererat tali persaudaraan. Untuk kejawen yang ada di lingkungan masyarakat Cindaga terbilang masih cukup kental. Identitas yang dikenalkan agar dilestarikan oleh para pemuda, contoh dalam sedekah bumi.

Desa Cindaga rutin melaksanakan sedekah bumi gunanya untuk mengungkapkan rasa terimakasih kepada bumi. Ada lagi kegiatan kejawen yang lain seperti menentukan weton untuk pernikahan, nyadran, mitoni dan yang lainnya. Menurut saya itu dapat dilakukan yang penting tidak menyalahi aturan-aturan agama. Toleransi yang dilakukan setiap pemeluk agama dilakukan guna menjaga tali persaudaraan tetapi toleransi yang baik adalah toleransi yang tidak sampai membuat hati kita tergerak untuk melaksanakan atau ikut melakukan ibadah agama lain, toleransi yang cukup agar iman kita tetap terjaga tetap teguh kepada agama masing-masing.

Di Desa Cindaga setiap melaksanakan kegiatan, masyarakat selalu berkontribusi walaupun perbedaan agama. Dalam kegiatan mereka selalu maksimal untuk kepentingan bersama. Dapat di simpulkan bahwa toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai antara penganut agama lain. Seperti apa yang dijelaskan dalam Kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” yang artinya: berbeda-beda tetapi satu, tidak ada kebenaran yang kedua. 

Kitab ini mengambarkan toleransi beragama yang sudah sejak zaman dulu terjalin, yaitu pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit. Indonesia terdiri dari banyak pulau dan beragam suku bangsa dan Agama. Walaupun demikian, kita adalah bangsa Indonesia yang bernaung di bawah negara kesatuan Repulblik Indonesia, jangan karena suatu perbedaan, kita menjadi terpecah belah, kita adalah satu bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan kebebasan kepada setiap invidu untuk meyakini kepercayaannya masing-masing, menjalankan ajaran agamanya, dan menjunjung tinggi keyakinan dari umat lain.

Toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun. Orang yang toleran juga tidak menganggu aktifitas agama orang lain, tidak merusak tempat ibadah dan tidak menganggu keyakinan orang beragama.

Agama bukan alat untuk pemecah belah akan tetapi agama adalah alat untuk mempersatukan umat. Ketika terjadi perpecahan siapa yang rugi? Perpecahan dapat merugikan masing-masing invidu di dalam melakukan aktivitasnya. Dengan terciptanya toleransi beragama, kita dapat saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain dan menyatukan perbedaan. Apabila ada berbeda keyakinan jangan dijadikan suatu permasalahan. Tujuan toleransi beragama adalah meningkatkan iman dan ketakwaan masing-masing penganut agama dengan kenyataan ada agama lain. Dengan demikian, kita sebagai umat yang menganut ajaran agama, semakin menghayati dan memperdalam ajaran agama dan berusaha untuk mengamalkannya, mencegah terjadinya perpecahan antara umat beragama akibat perbedaan.

Penulis : Saskia Dwi Alya (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

Editor    : N. Al Ngizati Ngama Yasifah



7 Komentar

  1. Auliya Nur Azzahra
    2102010309


    Dari artikel diatas kondisi yang ada di desa Cindaga sama persis dengan kondisi yang ada di desa saya. Kita hidup di lingkungan yang penuh dengan perbedaan dan keanegaragaman, tetapi perlu digaris bawahi bahwa kita harus menghargai perbedaan itu jangan sampai membeda bedakan atau bahkan membandingkan bandingkan kepercayaan yang kita anut dengan kepercayaan orang lain.

    BalasHapus
  2. Nama: Maudia Szaharanityas
    NIM: 2102010340

    Perbedaan Agama di Desa Cindaga dan Cara Menyikapinya
    Berdasarkan artikel di atas, menurut saya toleransi agamanya sangat penting menghargai satu sama lain dan itu bisa dijadikan contoh dalam kehidupan beragama dilingkungannya masing-masing, di Indonesia juga terdapat 6 agama yang menjadikan kita untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain bukannya saling menjatuhkan sama lain. Selain itu juga kita dapat mengetahui berbagai bagaimana tata cara dan tempat untuk ibadah dari masing" agama yang di ampu, misalnya agama Islam yaitu menjalankan sholat 5 waktu.

    BalasHapus
  3. Nama : Farinda Hauna Azizah
    NIM : 2102010099

    saya setuju dengan pemikiran yang ditulis mba Saskia agama harus dihargai dan dipatuhi walaupun terdapat perbedaan. Sebagaimana yang diatur dalam sila pertama bahwa Ketuhanan yg Maha Esa. Manusia berhak memilih untuk beragama dan menghargai sesamanya (ber toleransi) . Kita harus menanamkan nilai-nilai bhineka tunggal Ika agar tidak ada perpecahan di kalangan masyarakat.

    BalasHapus
  4. Melafani Amalia_2102010186

    Menurut pendapat saya terkait artikel diatas sangat bermanfaat bagi pembaca karena memuat isi lengkap sehingga dapat menambah wawasan pembaca. Perbedaan agama bukan menjadi permasalahan dalam kehidupan kaum muslim, karena setiap agama memiliki satu tujuan yaitu beribadah. Dalam setiap perbedaan sikap toleransi menjadikan kunci kerukunan antar umat beragama. Maka dari itu kita sebagai umat muslim harus saling menghargai antar sesama karena sebagai makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain.

    BalasHapus
  5. Rere Urbaningrum
    2103030014

    Pendapat saya menurut artikel di atas adalah artikel " Perbedaan Agama di Desa Cindaga dan Cara Menyikapinya " dapat memperluas wawasan. Dan dapat kita garis bawahi kalau keanekaragaman yang ada di Desa Cindaga, kita harus bisa menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Dari hal tersebut dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan tercipta pula satu kesatuan serta mencegah terjadinya perpecahan.

    BalasHapus
  6. Nama : Wahyu Risky Ramdani
    Nim : 2103030007

    Menurut pendapat saya toleransi antar umat beragama di desa Cindaga cukup harmoni tidak ada perselisihan karena semua agama itu mengajarkan kebaikan, dan cara menerapkan toleransi di desa cindaga adalah Semboyan Bhineka Tunggal Ika
    Semboyan ini memiliki makna sesuai dengan keberagaman di desa ini yang tidak hanya bersuku-suku, ber ras-ras, dan berbudaya tetapi punya makna yang jauh lebih luas bahwa semua warga desa memang ditakdirkan sebagai pribadi yang berbeda satu sama lain namun tetap satu tujuan.

    BalasHapus
  7. Nama: Ganeshiwi Intan P.
    NIM: 2109010021

    Setelah membaca artikel di atas, menurut saya, toleransi antar umat beragama sangatlah penting bagi kehidupan bermasyarakat terlebih di Indonesia yang mana ada banyak sekali agama. Di Desa Cindaga, warganya memiliki sifat toleransi yang tinggi dan bisa menjadi contoh bagi seluruh warga Indonesia, supaya menciptakan perdamaian abadi.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama