Eksistensi Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama di Plompong

Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912, NU berdiri pada tahun 1926. Keduanya menghadapi persoalan umat dan bangsa yang sama, namun dalam memberikan solusi terhadap persoalan itu berbeda. Muhammadiyah dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan modern dalam bentuk sekolah dan madrasah, mendirikan panti Asuhan Muhammadiyah, dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, sedangkan NU menekuni lembaga pendidikan tradisional dalam bentuk Pondok Pesantren.

Muhammadiyah Ranting Sirampok berdiri pada tanggal 12 februari 1964, bersamaan dengan berdirinya Ranting Manggis, Benda, Kaliloka, Sirampog dan Sangang Jaya. Pimpinan Cabang Muhammadiyah diresmikan oleh Ketua Cabang Muhammadiyah Bumiayu (karena belum ada cabang yang berdiri di Kecamatan Sirampog) dan dihadiri oleh Pimpinan Muhammadiyah wilayah Kabupaten Brebes yang diwakili oleh ketua umumnya yaitu K.H. Kalyubi dan Suci Martiko dari Kota Pekalongan.

Bpk.H.M. Machroni sebagai penggagas ide untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah bermusyawarah dengan beberapa teman seperjuangan dan se-ide dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Sirampog disepakatilah bahwa perlu dibentuk Pimpinan Ranting Muhammadiyah. Pada periode ini program kerja yang diprioritaskan lebih dititik beratkan pada program konsolidasi organisasi. Sebagai sarana dakwah, dibentuklah kelompok seni orkestra melayu bernama "ANIDA", singkatan dari "Alunan Nada Irama Damai" yang dipimpin oleh M. Said Kholil, Rofi'i Syukri, M. Mubari Muchtar, dll. dan PGT (pasukan Gendang dan Trompet). ANIDA merupakan sarana yang cukup efektif untuk menyebarluaskan dan mensosialisasikan muhammadiyah di kalangan masyarakat dan juga PGT nya, terbukti semakin banyak generasi muda yang bergabung dengan Orkestra Melayunya maupun PGTnya. secara otomatis berarti mereka terlebih dahulu bergabung dengan Muhammadiyah.

Salah satu ciri bahwa Muhammadiyah itu berkembang dengan baik adalah berdirinya Amal Usaha Muhammadiyah dalam berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan seperti TK, Madrasah, MTs, MA, Smk, dan pondok pesantren dan sebagainya. Bidang Ekonomi seperti koperasi karyawan dan koperasi pondok pesantren. Dan Bidang Keagamaan seperti Majlis Ta’lim, Masjid, Musholla, dan Pusat Kegiatan Dakwah. Sebagai salah satu ormas Islam, Muhammadiyah mempunyai tanggungjawab yang besar dalam menyikapi persoalan-persoalan masyarakat bawah. Problem kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan serta demoralitas untukt menjadi prioritas utama untuk diselesaikan dalam agenda gerakan Muhammadiyah. Umat yang miskin, bodoh, terbelakang dan tidak bermoral berarti umat yang jauh dari kondisi ideal masyarakat utama yang menjadi tujuan Muhammadiyah. Pimpinan cabang Muhammadiyah selalu berupaya untuk mengatasi masalah-masalah sosial tersebut dan mencarikan solusinya dalam setiap periode kepemimpinan.

Bagaimana dengan perkembangan NU di desa Plompong? Pada saat NU masuk ke Desa Plompong, masyarakatnya terbelakang baik tingkat pendidikannya maupun ekonomi, sebagaimana yang dialami bangsa Indonesia pada umumnya, akibat penjajahan dan kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum kyai untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan organisasi. Gerakan yang muncul tahun 1926 tersebut dikenal dengan “Kebangkitan Ulama” atau “Nahdatul Ulama”. Semangat kebangkitan menyebar ke mana-mana setelah masyarakat menyadari penderitaan dan keterlantaran mereka oleh bangsa lain.

Dinamika organisasi era 1970 an tidak ada gambaran yang jelas mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan NU Desa Plompong pada fase awal berdirinya melainkan kegiatan dakwah jamiyah tahlil itu sendiri. Namun jika dikaitkan dengan sejarah Indonesia yang pada masa itu masih dalam masa pasca kemerdekaan dimungkinkan NU Desa Plompong juga terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

NU yang berdiri pada tahun 1926 dan masuk ke Desa Plompong tahun 1962, dua tahun lebih dahulu dari Muhammadiyah, telah mengalami perkembangan yang menggembirakan juga. Dalam bidang pendidikan seperti Madrasah dan Smk. Dalam bidang Ekonomi juga ada koperasi. Sedangkan paham keagamaan yang dianut oleh warga NU Desa Plompong adalah Ahlussunnah wal Jamaah. Istilah Ahlussunnah wal Jamaah yaitu nama dari golongan umat Islam yang mempertahankan Assunnah wal Jamaah, sedang yang dimaksud Assunnah wal Jamaah yaitu ajaran-ajaran Islam yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya yang kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh para tabi’in dan para Ulama.

Hal itu sama halnya perkembangan Nahdatul Ulama di Desa Plompong, dari sikap tradisionalismenya sampai saat ini masih di ikuti oleh banyak warga desa Plompong sendiri, walaupun perkembangannya hanya kepada warga-warga tertentu saja, dan yang mungkin masih menganut paham keagamaan Ahlussunnah wal jamaah.

Dalam hal pemahaman keagamaan antara Muhammadiyah dan NU sangat berbeda, perbedaan inilah yang menjadikan keduanya berbeda pula penampilannya dalam pentas politik nasional. Perbedaan paham keagamaan yang sesungguhnya dalam wilayah furu’iyah, bukan wilayah ushuliyah, sering menjadi sebab konflik antara keduanya. Konfrontasi ideologis sering terjadi di daerah-daerah, sehingga terjadi pemilahan secara demarkasi warga Muhammadiyah dan warga NU.20 kedua organisasi masyarakat ini melakukan upaya amal usaha di bidang pendidikan, hal ini berlaku untuk setiap masyarakat desa Plompong dari jenjang pendidikan formalnya. Sehingga upaya dan kerja keras organisasi masyarakat tersebut dalam mengelola dan mengembangkan amal usahanya tidak bisa dianggap remeh dan meremehkan satu sama lain. Hal ini dilakukan agar tidak terkesan hasil yang dilakukan hanya untuk golongan tertentu saja. Usaha yang dilakukan berlaku untuk kedua organisasi masyarakat tersebut untuk saling mendukung dalam amal usaha ini yaitu pendidikan.

Penulis : Ainun Nadiyah (mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama