Lahir dan Besarkan Lingkungan Keluarga Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi islam terbesar di indonesia. Organisasi ini berdiri pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di kota Yogyakarta.  Saya lahir dan dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah. Tepatnya di desa Lesmana, Kecamatan Ajibarang. Mayoritas masyarakat di lingkungan saya adalah Muhammadiyah. Walaupun tidak semuanya menganut ajaran Muhammadiyah karna organisasi NU pun ada di lingkungan saya namun tidak sebanyak Muhammadiyah. Ajaran – ajaran muhammadiyah yaitu mengikuti apa yang telah di tetapkan pada kitab yaitu Al-quran dan apa yang di ajarkan atau dilaksanakan oleh rasulullah SAW. Oleh karena itu ajaran – ajaran seperti tahlilan jarang dilaksanakan di lingkungan saya namun bukan berarti tidak ada karena ada beberapa masyarakat yang masih melaksanakan kegiatan tahlilan.

Bulan ramadhan adalah bulan suci yang di nanti – nantikan oleh umat muslim. Pada bulan ramadhan, penetapan 1 ramadan sering kita temui berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah. Hal itu menunjukan bahwa muhammadiyah tidak bisa diintervensi sekalipun oleh pemerintah karena akan tetap berjalan mengikuti perintah dari pimpinan pusat Muhammadiyah. Di lingkungan saya sendiri, penetapan 1 ramadan selalu mengikuti Muhammadiyah. Karena mayoritas tokoh agama atau tokoh masyarakat di lingkungan saya mengikuti ajaran Muhammadiyah.

Dalam lingkungan saya pribadi, saya sejak kecil sudah diarahkan ke organisasi tersebut. Karena orang tua saya merupakan seorang Muhammadiyah. Sejak memasuki sekolah dasar, saya di sekolahkan di sekolah Muhammadiyah beserta 2 kakak saya, lebih tepatnya di Mim Muhammadiyah Ajibarang. Oleh karna itu saya banyak belajar tentang organisasi ini sejak kecil. Kami di didik oleh kedua orang tua kami melalui muhammadiyah. Almarhum ibu saya dulu selalu rutin mengikuti organisasi nasyiatul aisyiah. Nasyatul aisyah sendiri merupakan organisasi otonom muhammadiyah, merupakan gerakan putri islam yang bergerak di bidang keperempuanan, kemasyarakatan, dan keagamaan. Hingga berlanjut ke kakak perempuan saya yang saat ini rutin mengikuti organisasi nasyatul aisyah tersebut. Memasuki sekolah dasar. Kami bertiga di sekolahkan di sekolah muhammadiyah yaitu Mim Muhammadiyah Ajibarang Kulon. Kami diajarkan kemuhammadiyahan sejak kecil, adapun beberapa pelajaran agama lainya seperti sejarah kebudayaan islam, ibadah akhlak, fiqih, dan bahasa arab.

Di Ajibarang sendiri sudah banyak sekolah Muhammadiyah, mulai dari sekolah dasar, sltp, maupun slta muhammadiyah. Di Ajibarang telah berdiri panti asuhan muhammadiyah baik untuk pria maupun wanita. Panti ersebut sudah berdiri sejak lama. Karena ketika saya masih di bangku sekolah dasar sudah berdiri panti tersebut dan sering berkunjung ke panti saat ada beberapa kegiatan, dikarenakan jarak sekolah dasar saya dengan panti yang bisa di katakan bersebelahan. Setiap tahun, anak-anak panti Muhammadiyah selalu rutin mengadakan pesantren kilat di desa kami. Saya pun sempat mengikuti kegiatan pesantren kilat pada waktu itu, yang mana berjalan selama 1 bulan. Kegiatan tersebut terasa lebih menyenangkan karna di samping kewajiban mengaji juga ada beberapa kegiatan yang mengasyikan seperti lomba adzan, hingga lomba sepak bola. Hal yang tidak lebih seru lainya seperti di adakanya persami di masjid kami pada waktu itu.

Muhammadiyah sedang menghadapi abad kedua. Eksistensi dan perkembangan Muhammadiyah selama seratus tahun lampau menunjukkan bahwa organisasi ini mempunyai kekuatan yang luar biasa. Akan tetapi, posisi Muhammadiyah sebagai organisasi terkemuka, popular, dan progresif susah bertahan tanpa adanya upaya revitalisasi pergerakan.

Penulis : Naufal Amar Adilah (mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama