Sifat Gerakan Muhammadiyah dan Dakwah Kultural

Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial adalah wujud dakwah Islam yang dilaksanakan sejak awal oleh KH. Ahmad Dahlan. Sedari awal KH. Ahmad Dahlan memilih dakwah Islam dengan mengimplementasikan ayat-ayat Al Qur'an yang mempunyai dimensi sosial.

Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaruan) ajaran Islam dan  umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shaki, dengan membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: “Dalam ranah tauhid, KHA. Dahlan ingin mensucikan Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang ibadah, tata cara ibadah dari bid’ah, bidang Mumara, bidang akidah tahayul dan bidang pemahaman ajaran dari Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk memberinya kebebasan dalam Ijtihad.

Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar

Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

Muhammadiyah adalah gerakan tajdid

Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sebab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang. Secara historis empiris tajdid Muhammadiyah berangkat dari teropong pemikiran terhadap konteks sosiokultural-spiritual yang berakar pada kontekstualisasi gagasan masa lalu dan masa depan. Ide-ide tantangan masa lalu menjadikan tajid itu berorientasi jauh lebih ke belakang, yaitu diarahkan pada gerakan purifikasi ajaran Islam dengan menjalankan gerakan pemurnian ajaran Islam. Sumber utama dari gerakan ini adalah Al-Qur’an dan terutama Hadist dan Sunnah Rasul yang dijadikan tuntunan dalam menjelaskan berbagai fenomena tahayyul, bid’ah, churafat (TBC). Dimensi pertama ini, meskipun masih menjadi consensus dalam gerakan ber-Muhammadiyah, namun strategi yang digunakan dan dikembangkan lebih softly dan cenderung tidak mendorong konflik sebagaimana di awal kelahirannya. Pendekatan paradigma Bayani tidak lagi melulu menjadi mainstream utama dari pola gerakan Muhammadiyah pada hari ini. Dalam konteks itu pemikiran tajdid yang diusung Muhammadiyah memiliki dasar teologis dan filosofis yang kokoh.

Dalam menjalankan dakwahnya, pertimbangan masa lalu yang sarat dengan nilai etik sosial dan spiritual dan kondisi kekinian yang sarat dengan inovasi dan persaingan selalu menjadi dasar pertimbangan utama dalam menjalankan dakwah besar yang digeluti. Muhammadiyah mengambil dan menjalankan peran tajdidnya dalam konteks memberikan kemaslahatan umat. Sejalan dengan itu tajdid membutuhkan ruang untuk terus dimodifikasi dan dikembangkan. Pemikiran terbuka Muhammadiyah sebagai ciri utama purifikasi dan dinamika kemodernan, menjadi modal utama bagi setiap kader dan penggiat Persyarikatan untuk mengabdikan diri di dalamnya, hal ini disadari karena pembaharuan menjadi pilihan penting untuk menjadi lokomotif perubahan masyarakat, bangsa dan negara.

Terlihat jelas bahwa sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, esensi tujuan Muhammadiyah adalah untuk menyebarkan agama Islam sebagaimana diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW, baik melalui pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu meluruskan kayakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai takhayul, bid’ah dan khurafat.

Secara umum dapat dipahami, kesadaran Muhammadiyah dalam memilih strategi dakwahnya mengambil jalan kultural mencerminkan keyakinannya bahwa masyarakat utama hanya dapat diwujudkan melalui kerjakerja strategis berupa pembaharuan dan pemberdayaan dalam menyelenggarakan dan memajukan pendidikan di tengahtengah masyarakat. Atas prinsip dan kesadaran semacam itu, Muhammadiyah perlu memberikan penyegaran terhadap landasan operasional penyelenggaraan pendidikannya.

Penulis : Risma Fauzah (mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama