Menteri Keuangan dalam siaran
pers 26 Agustus 2022 berujar anggaran Rp502 triliun untuk subsidi BBM plus
kompensasi tahun 2022, bila tidak untuk subsidi dapat digunakan untuk membangun
3.333 rumah sakit (biaya Rp150 miliar per RS), 227.886 (biaya Rp2,19 miliar per
SD), 3.501 ruas tol baru (biaya Rp142,8 miliar per km) dan 41.666 puskesmas
(biaya Rp12 miliar per unit). Namun kanaikan ini tidak langsung di jalankan
begitu saja,kenaikan BBM ini di sah kan per 3 September 2022, pemerintah resmi
menaikkan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak jenis Solar, Pertalite dan
Pertamax. Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per
liter. Kemudian, harga Pertamax juga naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp
14.500 per liter.
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa
anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 membengkak tiga kali lipat.“Anggaran
subsidi dan kompensasi tahun 2022 telah meningkat 3 kali lipat dari Rp152,5
triliun menjadi Rp502,4 triliun dan itu akan meningkat terus,” jelas Jokowi di
Istana Kepresidenan, Sabtu (3/9/2022).Membengkaknya anggaran subsidi dan kompensasi
ini, sayangnya tidak dibarengi dengan sasaran subsidi yang tepat.Pasalnya,
lebih dari 70 persen subsidi BBM justru dinikmati oleh kalangan masyarakat
mampu yang memiliki mobil.
Kenaikan BBM di karenakan
pengurangan subisidi yang di sebabkan karena BBM subsidi yang di berikan
pemerintah di rasa tidak tepat sasaran di karenakan kebanyakan dari pengguna
BBM subsidi adalah orang orang yang mampu.dan juga alasan pemerintah
memberlakukan kenaikan harga bagi bahan bakar minyak berjenis Pertalite, Solar,
dan Pertamax adalah karena adanya desakan/paksaan untuk menahan pembengkakan
anggaran subsidi pemerintah.Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk
melakukan “penyesuaian” harga BBM yang dinilai oleh sebagian kalangan sebagai
kebijakan yang kurang masuk akal. Adapun Bantuan Langsung Tunai (BLT) dijadikan
jalan pintas untuk mengatasi kegaduhan yang akan muncul pasca keluarnya
kebijakan tersebut. Dampak yang di diakibatkan dari naiknya harga BBM sangat
lah banyak. Melansir Kontan.co.id, berikut adalah lima dampak kenaikan harga
BBM bagi ekonomi Indonesia:
Naiknya tingkat inflasi
Dengan adanya kenaikan harga BBM,
Analis Makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz memperkirakan, inflasi
pada akhir tahun ini akan melejit. Bahkan, peningkatan inflasi tidak akan berhenti
sampai setidaknya paruh pertama tahun 2023.
“Akhir tahun 2022 inflasi umum
bisa ke 6,1% YoY. Kemudian inflasi aka terus meningkat dan puncaknya pada
kuartal II-2022, kami perkirakan inflasi bisa mencapai 7,4% YoY,” tutur Faiz
kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/9).
Suku bunga acuan semakin
tinggi
Ekonom Bank Mandiri Faisal
Rachman mengatakan, peningkatan harga BBM ini berpotensi menyundut inflasi yang
kemudian bisa direspon dengan Bank Indonesia (BI) untuk mengerek suku bunga
acuan lebih agresif dari perkiraan sebelumnya.
“Inflasi umum dan inflasi inti
akan melampaui batas atas perkiraan Bank Indonesia (BI). Sehingga ini akan
mendorong BI untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar maksimal 100 basis poin
(bps) ke 4,75% pada sisa tahun 2022,” jelas Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu
(4/9).
Bisa memicu stagflasi
Achmad Nur Hidayat, Pakar
Kebijakan Publik Narasi Institute menilai, kebijakan penyesuaian harga BBM
bersubsidi tersebut akan sangat memberatkan kehidupan rakyat. Menurut dia,
kenaikan BBM tersebut dilakukan pada waktu yang tidak tepat karena akan
berdampak pada kenaikan harga berbagai bahan pangan dan kebutuhan masyarakat
lainnya. Dia pun menilai bahwa kenaikan harga BBM berisiko menyebabkan
stagflasi, sebagai rambatan efek dari kenaikan berbagai harga. Bahkan, Achmad
mengkhawatirkan terjadinya PHK besar-besaran.
Pasar saham akan tertekan
Analis Binaartha Sekuritas Ivan
Rosanova mengatakan, dengan kebijakan naiknya harga beberapa jenis BBM yang
digunakan masyarakat akan berimbas pada naiknya harga kebutuhan pokok."Ini
berpotensi menekan harga saham di pekan depan karena inflasi diperkirakan akan
naik," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Minggu (4/9).
Tarif angkutan darat bisa naik
15%
Ketua Umum Organisasi Angkutan
Darat (Organda) Adrianto Djokosoetono mengatakan, sebagai imbas penyesuaian
harga BBM, maka tarif angkutan darat dapat naik bervariasi antara 5% sampai 15%
bergantung jenis angkutannya.
Mungkin di sisi lain dari dampak
negatif yang di akibatkan dari naiknya harga BBM pasti ada dampak positifnya,seperti
masyarakat akan lebih cenderung berhemat dan leboh mengandalkan transportasi
umum,mungkin juga bisa mengurangi polusi udara dengan berkurangnya penggunaa
kendaraan bermotor.
Tapi tentu karna kenaikan BBM ini
banyak masyarakat yang tidak setuju dan kecewa dengan keputusan pemerintah
dengan menaikan harga BBM,karena di rasa membebani masyarakat dan kenaikan BBM ini
mengakibatkan harga bahan pokok menjadi naik,banyak mahasiswa yang langsung
turun ke jalan untuk mendemo keputusan ini. Dari sisi ekonomi, kenaikan harga
BBM jelas akan mendorong kenaikan biaya produksi, mendorong inflasi (cost push
inflation) yang pada gilirannya akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi, penurunan upah riil dan konsumsi rumah tangga.
Banyak sekali dampak yang
diakibatkan dari kenaikan BBM ini,ada beberapa solusi yang mungkin bisa di
gunakan untuk mengurangi keresahan,melansir dari websitehttps://www.djkn.kemenkeu.go.id,yaitu:
pertama, mengurangi pengeluaran konsumtif dengan melatih diri membiasakan
budaya hemat. Misalkan dengan mengubah gaya hidup kita seperti yang terbiasa
jajan di luar diubah dengan memasak sendiri, atau dengan mengurangi jajan di
luar. Kedua, memaksimalkan jumlah penumpang dalam satu kendaraan. Bagi yang
memiliki kendaraan atau mendapat fasilitas kendaraan bisa buat janjian pergi
dan pulang kerja bersama-sama. Ketiga, menggunakan moda transportasi non BBM,
misalkan sewaktu-waktu bisa dengan bersepeda atau berjalan kaki, Selain bisa
menghemat pengeluaran juga membuat tubuh kita mejadi sehat dan bugar. Keempat,
usahakan mengurangi kegiatan keluar rumah untuk urusan yang tidak penting.
Misalkan mengatur waktu belanja atau rekreasi yang lebih berkualitas.
Menurut saya keputusan yang
pemerintah buat sangat di sayangkan. karena kenaikan BBM ini sangat berdampak
pada harga pasar,dan juga saat ini masyarakat kita sedang berusaha untuk
menaikan dan menstabilkan perekonomian pasca pandemi.jadi kenaikan BBM ini di
rasa sangat berat dan sulit untuk di hadapi. apalagi kenaikan BBM berbarengan
dengan harga minyak dunia yang sedang turun.
Penulis : Farhan Sean Azad (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi
Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)