Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Pada umumnya, buku teks berisi bahan ajar atau teks pembelajaran mengenai suatu bidang ilmu tertentu. Buku tersebut berisi bahan-bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan latihan dan digunakan sebagai pegangan pendidik maupun peserta didik. Penggunaannya lebih banyak ditemukan di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Di lembaga-lembaga pendidikan nonformal, buku tersebut juga dapat ditemukan sebagai sarana pembelajaran.Buku teks menjadi salah satu komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, buku teks juga diprioritaskan keberadaannya dalam dunia pendidikan Indonesia.Buku ini memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Supriadi (2000: 46), buku teks berperan sebagai bahan ajar atau media instruksional yang dominan selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Dengan kata lain, buku itu berguna untuk menyampaikan materi kurikulum.Keberadaan teks pembelajaran begitu penting sehingga diprioritaskan dan dimanfaatkan sebagai pendamping siswa dalam mengembangkan daya pikirnya sendiri. Tanpa buku semacam teks, siswa akan kesulitan dalam belajar, baik di dalam kelas maupun secara mandiri. Jadi, buku tersebut dapat dikatakan sebagai pegangan utama peserta didik, baik dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi maupun dari sekolah negeri atau swasta.Tidak hanya digunakan oleh peserta didik, buku teks juga digunakan oleh pendidik. Para tenaga pendidik memerlukan buku tersebut sebagai silabus. Ditambah lagi, buku tersebut memberikan panduan instruksional kepada pendidik untuk memudahkan mereka dalam mengajar, apabila tidak terdapat silabus. Oleh karena itu, buku jenis ini juga sangat diperlukan oleh para pendidik di Indonesia.Para peserta didik tidak hanya dapat menggunakan modul pembelajaran yang beredar di Indonesia, tetapi juga diberi hak untuk memilih buku yang akan mereka pakai dengan bebas. Mereka diberi keleluasaan untuk memilih sendiri buku tersebut yang menurut mereka akan diperlukan oleh para peserta didik untuk belajar. Dengan begitu, buku yang mereka pilih dapat memenuhi keperluan mereka di dunia pengajaran.

Dengan melihat peran penting secara umum di atas, dapat kita pahami bersama bahwa buku ini diyakini sebagai media untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut, mengapa para pendidik sangat memerlukan buku teks? Alasannya adalah sebagai berikut.Buku teks dapat dijadikan sebagai media yang memudahkan para pendidik menyampaikan dan mengembangkan materi di dalam kelas.Para pendidik memiliki waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru, sebab profesinya sebagai pengajar tidak hanya menuntut mereka untuk bekerja di dalam kelas. Ada berbagai tugas lain, baik secara fungsional maupun struktural yang juga perlu dikerjakan dan diselesaikan.Terdapat tekanan eksternal yang menekan kebanyakan pendidik. Oleh karena itu, mereka perlu mempermudah pekerjaan mereka dengan menyediakan buku pegangan.Selain itu, masih ada lagi beberapa alasan yang menyebabkan penggunaan buku teks menjadi penting, seperti:Buku teresebut dapat digunakan untuk membuat kerangka kerja yang mengatur dan menjadwalkan waktu kegiatan program pengajaran.

Bagi para peserta didik, buku tersebut adalah salah satu alasan mereka belajar. Tanpa buku, mereka tidak memiliki suatu tujuan untuk belajar. Mereka akan merasa bahwa tidak ada yang bisa dipelajari jika tidak ada buku-buku pembelajaran.Tanpa buku teks, peserta didik juga tidak akan menemukan fokus yang jelas. Mereka kemudian akan menambah ketergantungan terhadap pendidiknya. Dengan begitu, pendidik akan memiliki tugas yang sangat berat karena dijadikan sebagai fokus pembelajaran.Buku teks menjadi tanda bahwa peserta didik adalah subjek yang perlu ditangani dengan seriusBuku teks berperan ganda, misalnya sebagai silabus, penyedia teks pengajaran dan tugas pembelajaran dalam banyak kondisi. Selain itu, adanya buku tersebut memudahkan para pendidik dan peserta didik karena wujudnya yang siap pakai.Bagi para pendidik, khususnya yang belum memiliki banyak pengalaman, buku teks berfungsi sebagai senjata yang mengamankan, memberi petunjuk, dan membantu pelaksanaan kerja mereka.

Alasan-alasan yang telah dipaparkan dengan rinci di atas hanya berlaku apabila buku pembelajaran tersebut telah memenuhi beberapa syarat. Pertama, buku teks dapat memenuhi kebutuhan dua pihak yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yakni pendidik dan peserta didik. Kemudian buku tersebut juga seharusnya memiliki topik-topik relevan yang menarik dan dibutuhkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Tidak hanya itu, buku teks juga harus disusun dengan realistis dan memperhitungkan situasi kegiatan belajar-mengajar di kelas.Adanya tidaknya media pembelajaran juga bukan menjadi alasan untuk mengurangi kreativitas pendidik. Kemudian kontennya dapat digunakan secara optimal oleh peserta didik dan disesuaikan dengan gaya belajar mereka. Selain itu, buku teks yang memenuhi syarat juga sudah seharusnya mampu membuat peserta didik beradaptasi dan tidak menjadikan pendidik sebagai pelayan akademik.

Jika buku teks tidak memenuhi berbagai persyaratan tersebut, maka kedudukannya hanyalah sebagai media keuntungan. para pelaku bisnis yang mencemari dunia pendidikan. Buku teks akan memberikan keuntungan secara material bagi mereka yang memperdagangkan substansi pembelajaran tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan di kelas. Hal tersebut nantinya justru akan merugikan para pendidik dan peserta didik, sebab esensi pembelajaran tidak terpenuhi. Dalam buku pembelajaran yang tidak berkualitas juga akan ditemukan materi-materi yang tidak sesuai atau sulit untuk diadaptasi oleh pendidik dan peserta didik.Untuk menghindari hal-hal tersebut, para pendidik hendaknya dibekali pengetahuan terkait pemilihan dan penyusunan buku yang sesuai dengan standar dan kriteria pendidikan nasional. Selain itu, mereka juga perlu diberikan pemahaman dan pengetahuan untuk mengaplikasikan penggunaannya selama kegiatan belajar-mengajar. Dengan begitu, peran penting buku tersebut akan tetap diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam melangsungkan pembelajaran di kelas.

Dalam proses belajar mengajar dimasa pandemi ini, banyak sekali kendala yang dialami selama pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan pembelajaran tidak bisa tercapai secara maksimal. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka guru harus mengatasi kendala-kendala tersebut. Salah satu caranya dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat.

Media pembelajaran bisa digunakan sebagai alat bantu yang berfungsi melancarkan jalannya kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Setiap mata pelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi, ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi ada materi ajar yang sangat sulit sehingga memerlukan alat bantu. Siswa juga akan merasa bosan dan kelelahan jika dalam proses belajar mengajar guru dalam memberikan penjelasan tidak fokus pada masalah dan simpang siur.Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar akan membantu guru memperkaya wawasan siswa. Aneka macam bentuk dan jenis media pembelajaran yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.Dimasa lalu dalam proses belajar mengajar guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional yaitu berpusat pada guru. Kemudian dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran dikenal dengan sistem siber (cyber sistem ) dan mampu membuat proses pembelajaran berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang dan tanpa batas waktu. Apabila pembelajaran sebelumnya berpusat pada guru, saat ini pembelajaran beralih berpusat pada siswa. Guru hanya menjadi salah satu sumber belajar selain internet, lingkungan, buku dan sumber belajar lainnya.

Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tingkat Sekolah Dasar sangatlah penting. Sebab kehadiran media sangat membantu siswa dalam memahami suatu konsep tertentu. Karena pada usia ini siswa masih berfikir konkret/nyata dan belum mampu berfikir abstrak terutama siswa SD kelas rendah, untuk itulah guru seharusnya memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketidakmampun guru dalam menjelaskan suatu bahan dapat diwakili oleh peranan media, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan.

pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalau alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan sebenarny  Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaannya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter?

Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki.Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.  

Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved.”  Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan. Yang mana banyak persoalan muncul yang diindentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya.

Penulis : Gigih Setiadi (Mahasiwa Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



5 Komentar

  1. Saya sangat mengapresiasi tulisan di atas dan itu sangat bagus tetapi jika kita lihat kondisi pendidikan saat ini banyak orang tua yang mengabaikan tentang anaknya dan sibuk untuk bekerja. Apalagi anak-anak yang sudah ditinggal pergi orang tuanya entah itu karena meninggal atau sengaja dibuang. Dan Kita sebagai manusia sudah sepantasnya untuk menggantikan anak-anak yang ditinggal oleh orang tuanya.

    BalasHapus
  2. Memang peran orang tua sangat berpengaruh pada pendidikan anak, terlebih lagi pendidikan tentang adab dan sopan santun, apabila anak di didik dengan baik, maka anak itu akan menjadi baik

    BalasHapus
  3. Benar bahwa peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak

    BalasHapus
  4. betul bahwa peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak karena anak tersebut akan mengikuti kedua orantuanya

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama