Aku bukan anak
dari seorang pengusaha, bukan juga dari seorang pegawai. Aku adalah anak dari
ayah dan ibu yang hebat yang berhasil
membesarkanku hingga saat ini. Aku merupakan fresh graduate dari kampus
ternama.
Sejak hari
setelah wisuda inilah aku mulai menapakkan kakiku sendiri di bumi kehidupan.
Hatiku seakan menyuruhku untuk tidak berhenti disini.
“Aku
harus membuat bangga orang tuaku atas diriku ini”.
Aku memulainya
dengan membuat surat lamaran kerja. Aku bertanya dengan temanku yang sebelum
lulus sudah bekerja di suatu sekolah.
“ Emang ada
lowongan kerja disitu? Cara daftarnya gimana”.
Kebanyakan temanku
menjawab “aku ditawarin, aku ada kakakku disitu”
Terus bertanya
lagi “ada seleksinya?”
Temanku menjawab
“Ngga ada”.
Pikiranku
berkecamuk “loh kok bisa begitu, setauku lowongan kerja pasti ada seleksinya. Tapi
disitu tidak, tahu-tahu sudah masuk kerja.
Ketika
pikiranku berkecambuk aku tetap menyebar lamaran kebanyak sekolah tanpa melihat
ada tidaknya loker di sekolah yang aku tuju. Satu minggu, dua mingu masih tidak
ada panggilan dari surat lamaran yang aku kirimkan. Kemudian aku mendatangi
sekolah yang “katanya” membutuhkan guru. Tapi sampai sana? Jawbannya tidak ada.
Ah saya tetap khusnuzon, mungkin informasi yang saya dapatkan salah.
Aku semakin
down, karena teman-temanku semuanya sudah bekerja dan aku belum. Begitu juga
disekelilingku banyak sekali orang berkata bahwa masuk kerja jalur orang dalam.
Apakah harus begitu? Apakah hanya yang
punya kerabat saja yang punya kesempatan? Dengan pikiran yang saling
bergelut dalam otakku. Tiba-tiba ada notifikasi flyer loker dari sekolah Muhammadiyah.
Wah kesempatan nih!.
Singkat cerita
saya mendaftarkan disitu dan mengikuti banyaknya runtutan seleksi “Klonteng”
bunyi ponselku berdering. Ternyata pesan masuk bertulisan “Assalamualaikum bu,
ditunggu kedatangannya untuk mengikuti seleksi.” Pada saat itu aku sedang les
privat, aku segera izin pamit pulang kepada wali murid les.
Betapa
senangnya aku dapat panggilan seleksi dari banyaknya surat lamaran yang aku
kirimkan. Qodarullah aku lolos seleksi, dan hanya selang waktu satu hari dari
seleksi kemudian aku langsung bekerja. Masha Allah…impian yang aku perjuangan
kini aku sudah mendapatkannya. Aku sangat bersyukur Allah telah mengijinkanku
untuk bekerja. Di sinilah awal bertemunya dengan Amal Usaha Muhammadiyah.
Dari pertama
kali aku ke AUM tersebut aku sangat terkesima dengan system pendidikannya.
Lantunan ayat Al Qur’an terdengar indah dari berbagai arah. Anak-anak dengan
wajah berseri, cerah ceria dan guru-guru yang ramah. Wahhh ini baru pertama
kali menginjakkan kaki, aku sudah merasakan kenyamanan. Mereka menyambutku
dengan sangat baik, rasanya seperti orang yang sudah kenal lama. Ternyata masih
ada lowongan kerja dengan seleksi tanpa pandang bulu.
Aku hanya orang
biasa yang tidak punya kerabat pegawai. Dan keinginanku di terima di pekerjaan
tanpa tangan orang lain tercapai. Aku sangat bersyukur di terima di sekolahan
ini. Banyak hal-hal yang membuatku takjub dari pembiasaan, dari suasana kerja,
dan kegiatan yang membawa pengaruh baik ke diriku. Bagaimana aku tidak takjub,
di AUM tersebut tidak ada perbedaan. Mereka semua berdiri sama tanpa adanya
tingkatan. Kegiatan-kegiatan yang belum pernah aku temui pun ada di sini.
Contohnya kegiatan Jum’at Berkah disitu memberi wadah bagi siapa yang ingin
bersedekah di hari Jum’at.
Di AUM ini aku
sangat merasa di wadahi atas semua keinginanku yang belum terlaksana
sebelumnya. Pada intinya aku merasa bersyukur diterima dengan baik di
lingkungan yang baik. Aku merasakan bahwa inilah tempat yang sesuai dengan
ekspetasiku, aku tidak pernah merasakan kenyamanan seperti ini. Tidak ada
kecanggungan antar rekan kerja, yang muda menghormati yang tua dan yang tua
menyayangi yang muda.
Dari AUM inilah
bukan tempat akhir dari masa belajarku,melainkan kelanjutan dari belajarku yang
telah lalu. Banyak sekali yang membuatku berkata dalam hati “Ohh begitu…”
banyak ilmu yang baru saya dapatkan.
Program setara
D-1 pun sangat membuatku terkesima. Bagaimana tidak? Dengan program tersebut
aku banyak mendapatkan ilmu dan bisa menyampaikan sedikit demi sedikit kepada
anak didik di sekolah. Dan selain disampaikan kepada anak didik pun diterapkan
dalam diri sendiri. Pada intinya aku sangat bersyukur, Allah telah memberi
kesempatan yang sangat indah ini.
Alhamdulillah..
Alhamdulillah.. Alhamdulillah..
Penulis : Mega Findi Astuti