Bahan bakar
minyak atau yang sering disebut dengan BBM adalah sumber energi yang berasal dari fosil. Bahan bakar minyak banyak dimanfaatkan oleh
manusia dengan berbagai macam
kebutuhan dapat menjadi sebagai bahan baku dalam perindustrian, sebagai
bahan bakar kendaraan untuk
alat transportasi, sebagai bahan pembuatan perabotan rumah tangga hingga
sebagai bahan untuk membuat produk Kesehatan dan kecantikan. Bahan bakar minyak
merupakan salah sumber daya tak terbarukan dikarenakan berasal dari fosil yang
bisa saja suatu saat nanti habis karena digunakan dengan cara terus menerus.
Pada saat ini pemerintah telah
membuat Kebijakan mengenai bahan bakar minyak, kebijakan yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak tersebut adalah dengan
menaikkan harga bahan bakar minyak tersebut. Pemerintah menaikan harga dengan alasan dipicunya oleh
semakin besarnya beban subsidi dan ketidaktepat sasaran pemberian subsidi bahan
bakar minyak, namun perlu diperhatikan lagi apakah pemerintah melihat subsidi
tersebut sebagai sebuah beban yang memberatkan perekonomian negara. Jika hal
tersebut benar adanya bukankah seharusnya pemerintah melihat subsidi bahan
bakar minyak sebagai suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, dengan memperlihatkan kepada masyarakat bahwa semakin besar jumlah bahan bakar
minyak yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat menandakan
adanya kemajuan dari pencapaian kinerja ekonomi pemerintah yang dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat di Indonesia.
Pemerintah
juga beralasan lain yakni dengan mengacu pada harga bahan bakar minyak di luar
negri. Padahal membanding-bandingkan harga bahan bakar minyak di dalam negri
dengan di negara lain sangatlah tidak etis, seperti yang telah diketahui jika
setap negara memiliki karakteristik yang
berbeda dalam segi sistem ekonomi yang dipakai. Indonesia sebagai negara dengan
penganut sistem demokrasi ekonomi sudah seharusnya lebih mementingkan usaha
untuk kesejahteraan ekonomi semua masyarakat bukan hanya untuk meningkatkan
kesejahteraan dari kelompok masyarakat saja.
Dengan
meningkatnya harga bahan bakar minyak mungkin tidak dapat memberi pengaruh
kepada masyarakat kalangan atas yang mampu, namun akan sangat berpengaruh dan
terasa pada masyarakat menengah kebawah yang sangat membutuhkan BBM bersubsidi.
Seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, kebutuhan pokok dan pangan pun
terkena imbas harga-harga barang di pasaran meningkat drastis.
Selain hal
tersebut kenaikan bahan bakar minyak juga berimbas kepada para Petani karena
bahan bakar minyak bersubsidi sangat penting dalam sektor pertanian sehingga
jika terjadi kenaikan bahkan kelangkaan bahan bakar minyak maka berimbas pada
produktivitas petani. Indonesia sebagai negara agraris yang sangat mengandalkan
sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai salah satu
penopang pembangunan perekonomian di Indonesia. Contohnya sudah berimbas kepada
petani di daerah Bantarwaru.
Kini di
daerah Bantarwaru harga bahan bakar minyak pertamax yang tadinya hanya
Rp.11.000/ liter menjadi Rp.16.000/liter, untuk bahan bakar minyak pertalite
yang tadinya Rp.9.000/liter menjadi Rp.12.500/liter dan untuk bahan bakar
minyak solar tadinya Rp.4.000/liter menjadi Rp.7.500/liter, kenaikan bahan
bakar tersebut sangat meningkat pesat dan tentunya sangat menyulitkan masyarakat yang berada disana untuk
melakukan aktivitas pertanian karena pendapatan mereka yang tidak seberapa
mungkin akan habis hanya untuk membeli bahan bakar minyak.
Sektor
pertanian memiliki peranan penting dalam membangun ekonomi di daerah Bantarwaru
dikarenakan mayoritas dari masyarakatnya berprofesi sebagai petani, mereka
memfungsikan pertanian sebagai sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sebagai penyedia bahan pangan masyarakat dan penyedia lapangan
kerja bagi buruh tani.
Kenaikan BBM
tentu saja akan menaikan biaya produksi masyarakat dalam bertani, seperti
menaiknya harga berbagai kebutuhan pertanian yakni benih, pupuk dan pestida.
Juga menaiknya biaya transportasi untuk biaya angkut dari kebun sampai ke pasar
serta menyulitkan petani dalam menggunakan mesin pompa air untuk mengairi lahan
dan traktor untuk pengolahan tanah dalam membajak sawah dalam proses pengolahan
tanah yang tentunya harus menggunakan bahan bakar minyak yaitu solar untuk
mengoperasikannya. Kenaikan tersebut terjadi karena perubahan harga akan bahan bakar minyak meningkatkan biaya
produksi dan biaya logistik dalam industri sektor pertanian.
Kenaikan
biaya produksi pertanian ini tidak
diimbangi dengan meningkatnya harga yang ada di konsumen yang mengakibatkan
keuntungan dalam pendapatan petani mengalami penurunan, banyak dari petani yang
tidak bisa Kembali modal sehingga berakibat kepada pendapatan petani yang
mengalami penurunan bahwa ada sebagian yang mengalami kerugian. Masyarakat di
daerah Bantarwaru hingga saat ini masih terus berusaha untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas agar dapat mengurangi resiko penurunan hasil tani. Para petani melakukan usaha untuk
meminimkan modal dalam produksi namun tetap menghasilkan kualitas produk yang baik, produk yang dihasilkan tidak menurun.
Petani di
daerah Bantarwaru ada yang menggunakan beberapa cara untuk mengurangi resiko penurunan pendapatan tersebut,
ada seorang petani yang mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam
produksi pertaniannya agar dapat meminimkan biaya yang dibutuhkan selama proses
produksi. Sehingga hal ini menyebabkan banyak buruh tani yang menganggur karena
kurangnya lahan pekerjaan yang dibutuhkan padahal harga bahan pokok meningkat.
Ada juga petani yang mengganti mesin traktor menggunakan kerbau sebagai alat
yang digunakan untuk membajak sawah yang tentunya sangat beresiko terjadinya
kecelakaan yang dapat membahayakan petani maupun kerbau yang digunakannya itu
sendiri. Ada juga sebagian petani yang mengalami gagal panen karena serangan
hama yang diakibatkan kurangnya proses penyemprotan pestisida, karena mahalnya
pestisida yang ada di pasaran.
Dari contoh
pertanian di daerah Bantarwaru yang telah dibahas di atas, hal ini dapat
membuktikan bahwa kenaikan bahan bakar minyak sangat berimbas kepada
pembangunan dalam sektor pertanian Indonesia. Hal itu dikarenakan sektor pertanian
tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan
bangsa. Kebijakan mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak sama sekali tidak
ada satu pun yang menguntungkan bagi sektor pertanian. Justru dapat menjadikan
program-program pembangunan pertanian tidak terarah tujuannya bahkan semakin
menjerumuskan sektor pertanian kepada kehancuran. Padahal sektor pertanian
merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian
besar masyarakat tergantung padanya.
Pertanian
sebagai sektor utama penghasil bahan makanan dan bahan industri yang nantinya
akan dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Maupun dapat diperdagangkan dengan cara
ekspor keluar negri sehingga menambah pendapatan negara. Maka dari itu
pemerintah harus segera mencari solusi agar pembangunan pertanian yang
merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Indonesia tidak terkena imbas dari
kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak.
Dari pemerintah seharusnya perlu adanya perhatian lebih mengenai pembangunan Pertanian yang merupakan suatu proses untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani. Pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik.
Perlu diingat
pembangunan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian,
yang saat ini membutuhkan pasaran dengan harga yang cukup tinggi untuk
memasarkan hasil produksi tersebut guna mengembalikan biaya modal yang telah dikeluarkan petani dalam
menjalankan usaha taninya serta meningkatkan pendapatan petani. Dan harga
kebutuhan proses produksi di pasaran yang terjangkau. Serta memerlukan adanya
sarana pengangkutan yang murah dan efisien agar produksi pertanian dapat
tersebar luas secara efektif. Hal inilah yang diharapkan agar nantinya dapat
menjadikan kehidupan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dapat sejahtera.
Penulis : Amalia
Saumi (mahasiwa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah
Purwokerto)
saya setuju dengan opini diatas karena jika memang betul inflasi tinggi dan masyarakat tidak mampu membeli beras maka imbas nya pada kaum petani . Karna naik nga harga BBM dan bahan produktifitas seperti pupuk , pestisida dan lainnya juga naik maka tida dipungkiri harga hasil tani pun juga naik dan pasti terjadi inflasi dimana menurunnya daya beli masyarakat untuk kebutuhan sehari harinya.
BalasHapusNama : Citra Anggita
BalasHapusNIM : 2106040012
Topik kenaikan harga BBM menjadi berita yang akhir akhir ini marak ditemui baik di sosial media maupun sehari hari. Kenaikan harga BBM hampir berdampak pada semua sektor terutama pertanian. Para petani merasakan dampak yang membuat mereka terpaksa memutar otak agar dapat terus bergerak. Petani Bantarwaru maupun petani petani lain akan mencari solusi dari masalah ini, seperti yang ditulis penulis petani akan mencari alternatif lain agar kerugian yang didapat dapat diminimalisir. Dampak kenaikan harga BBM bagi sektor pertanian, jika dilihat di petani-petani tradisional dan konvensional, mungkin dampak yang dirasakan adalah kenaikan harga-harga supporting budi daya pertanian seperti harga pupuk dan biaya logistik karena dari sisi distribusi dan transportasi akan terjadi penyesuaian harga. Sedangkan jika dikaitkan dengan petani-petani milenial dan modern, di mana ada penggunaan teknologi inovasi dalam budi daya pertaniannya, ini menjadi suatu masalah tersendiri. Alat dan mesin pertanian seperti traktor, mesin pengering, dan rice milling unit (RMU) membutuhkan BBM untuk menjalankannya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani mencapai 33,4 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8% atau setara dengan 2,7 juta orang. Kemudian, sekitar 30,4 juta orang atau 91% berusia di atas 40 tahun, dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun. Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang sedikit jika harus terkena dampak kenaikan harga BBM.
Maka, saya setuju dengan pendapat penulis dimana pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap sektor pertanian karena pertanian merupakan bahan pangan utama masyarakat Indonesia. Para petani petani Indonesia dan Bantarwaru khususnya harus mendapatkan keadilan atas dampak kenaikan harga BBM. Solusi lain yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan ada subsidi khusus untuk BBM yang digunakan untuk alat dan mesin pertanian petani, termasuk ada SPBU-SPBU khusus untuk pertanian. Kemudian supaya subsidi tersebut tepat sasaran, pelibatan ketua-ketua kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menjadi kunci kesuksesan dalam pemberian subsidi supaya tepat sasaran. Bisa juga dengan memanfaatkan kartu tani, yang selama ini digunakan para petani untuk membeli pupuk maupun aktivitas budi daya pertanian.
Kenaikan harga BBM ini karena kelangkaan bahan bakar minyak sehingga harga barang barang yang lainnya pun ikut naik. Hal menyebabkan dampak ekonomi.
BalasHapusKenaikan harga BBM ini pun ke petani, petani di desa contohnya di desa Bantarwaru, penghasilan buruh petani yang tidak menentu membuat susah untuk mencukupi kebutuhan sehari hari. Kenaikan BBM tentu saja akan menaikan biaya produksi masyarakat dalam bertani, seperti menaiknya harga berbagai kebutuhan pertanian yakni benih, pupuk dan pestida. Jadi para pekerja yang bermata pencaharian sebagai petani sebisa mungkin harus meminimkan biaya produksi, serta biaya angkut. Selain dampak ekonomi terdapat dampak psikologis juga yang di alami oleh masyarakat, jika harga BBM dinaikan paling tidak dipermudah lagi untuk para petani mendapatkan BBM apalagi jenis solar.
Nurrul Nabila Yulianisya (2106040015)
saya setuju dengan opini diatas karena jika memang betul inflasi tinggi dan masyarakat tidak mampu membeli beras maka imbas nya pada kaum petani . Karna naik nga harga BBM dan bahan produktifitas seperti pupuk , pestisida dan lainnya juga naik maka tida dipungkiri harga hasil tani pun juga naik dan pasti terjadi inflasi dimana menurunnya daya beli masyarakat untuk kebutuhan sehari harinya. (Athallah Pasca_2106040006)
BalasHapusNama : Guntur Andriawan
BalasHapusNIM : 2106040001
saya setuju dengan opini diatas soal dampak dari kenaikan bbm bagi para pertani sangatlah kelihatan, contohnya seperti naiknya harga pupuk dan biaya logistik karna dari sisi distribusi dan transportasi akan terjadi penyesuaian harga. Oleh karna itu tanpa dipungkiri harga jual hasil tani akan naik, maka dari itu dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Selain dampak ekonomi juga bisa terjadi dampak psikologis yg dialami masyarakat jika harga BBM dinaikkan maka dari hal itu mungkin bisa dipermudah untuk para petani untuk mendapatkan solar.