Budaya Selalu Menyanyikan Mars Muhammadiyah

Saya adalah mahasiswi perantau dari Makassar ke Purwokerto. Sebelumnya, Saya menulis ini hanya sekedar ingin berbagi cerita tentang apa yang berbeda di Makassar dan Purwokerto. Di lingkungan lama saya, jarang sekali terdapat peristiwa kemuhammadiyahan seperti yang ada di sekitar saya saat ini, padahal ayah saya adalah golongan muhammadiyah. Singkat cerita, saya memilih berkuliah disalah satu universitas swasta di Purwokerto yang mengharuskan saya merantau dari Makassar ke Purwokerto. Setelah beberapa waktu saya tinggal di Purwokerto, saya merasakan beberapa perbedaan. Selain budaya Jawa yang sangat berbeda dengan budaya Bugis, Saya juga melihat perbedaan terkait budaya selalu menyanyikan mars muhammadiyah di setiap acara.

Awal pertama saya mendengar lagu tersebut adalah ketika masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Saya merasa asing dengan nada serta lirik lagu tersebut. Saya hanya berdiri seraya mencoba menyelaraskan gerakan mulut saya dengan teman teman. Ketika masih menjadi mahasiswa baru banyak sekali kegiatan yang harus diikuti, dan di seluruh kegiatan tersebut pasti tak ketinggalan untuk menyanyikan mars Muhammadiyah. Awalnya sedikit kesulitan menyanyikannya karena memang tidak familiar dengan nada serta liriknya. Namun seiring berjalannya waktu, saya akhirnya bisa menyanyikan lagu tersebut.

Suatu ketika saya dibuat terheran lagi, saya fikir menyanyikan lagu ini hanya disetiap acara formal saja. Ternyata acara semi formal bahkan informal juga tetap menyanyikan mars muhammadiyah. Saat itu, lembaga eksekutif fakultas kami menyelenggarakan Presiden Cup yang isi kegiatannya adalah olahraga. Pada sesi pembukaan mars muhammadiyah dimasukkan sebagai salah satu rangkaian acara. Saat itu saya berfikir ini adalah informal event kita tidak harus menyanyikan Indonesia raya serta mars muhammadiyah. Namun setelah beberapa saat saya mengerti bahwa kebiasaan serta budaya suatu tempat pasti berbeda-beda, begitupun dengan ini.

Sekali lagi, saya menulis ini hanya untuk berbagi cerita tentang perbedaan muhammadiyah  yang saya temukan di makassar dan juga purwokerto.

Terimakasih sudah membaca!!

3 Komentar

  1. maaf, tapi tulisan dari kak fira ini terlihat informal dan seperti terpaksa menghargai muhammadiyah, meskipun kak fira sudah ada di lingkungan tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penulis juga pasti menganggap tulisan ini bukan merupakan hal yang sudah final. Tulisan yang baik adalah yg menggugah otak untuk dikaji. fully appreciate buat penulis 🙌

      Hapus
  2. Setelah membaca hal tersebut, pemahaman saya akan lingkungan luar lebih bertambah. Yang sebelumnya saya tidak mengetahui perihal tersebut akhirnya sedikit paham karena tulisan ini

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama