Pendidikan Sekolah sebagai Formalitas

Membicarakan pendidikan tak akan pernah luput dari rasa gelisah yang melekat. Jika bukan tentang kemampuan akademik dari peserta didik yang memang kurang, ataupun dari pola dasar pendidikan tentang kurikulum yang sering berubah-ubah setiap tahunnya, akan membuat lingkungan pendidikan susah untuk diterapkan secara permanen. Dimana setiap pergantian sistem pembelajaran/kurikulum baru harus beradaptasi ulang, dan itu berlaku selama system pendidikan dan kurikulum berganti ganti. Pendidikan adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tanpa batas waktu disemua lini kehidupan, baik berupa jenis, bentuk,lingkungan hidup ataupun yang lainnya.

Menurut Redja Mudyahardjo, pendidikan dalam pengertian luas, pendidikan berarti hidup. Artinya, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dsan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Redja Mudyaharjo, 2011). Menurut saya pendidikan adalah proses menimba ilmu pengetahuan dari berbagai jenis perjalanan hidup yang kemudian nanti akan disusun sebagai acuan dasar dalam melaksanakan pendidikan itu sendiri. Jadi initinya adalah pendidikan adalah sebuah proses perubahan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu.

Menurut saya, sekolah adalah wadah dimana sebuah pendidikan itu berlangsung, disana akan disediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang kegiatan dalam proses pendidikan itu sendiri. Sekolah merupakan hal yang sebenarnya tidak harus ada, tetapi memang pendidikan yang ideal harus dilaksanakan melalui sekolah. Baik tingkat dasar, menengah, atas atau bahkan perguruan tinggi. Akan ada banyak pertukaran ilmu dan pemikiran yang terjadi di sekolah, terlebih jika sekolah yang ada merupakan sekolah yang memang sudah memiliki Akreditasi atau kualitas yang Unggul. Dalam dunia sekolah, ada sebuah peraturan yang memang harus dilaksanakan bagi siapapun siswa yang terlibat dalam sekolah tesebut. Pendidikan yang diajarkan sekolah merupakan pendidikan formal yang tentu disesuaikan dengan keputusan Kementrian Pendidikan waktu itu. Dimana semua unit sekolah harus mengikuti dan menerapkan peraturan sesuai dengan amanat yang telah disesuaikan

Banyak sekali jenis jenis sekolah yang ada di Indonesia, dari mulai sekolah Formal, sekolah non Formal, sekolah luar biasa atau sekolah-sekolah lainnya yang sudah resmi terdaftar di Kepemerintahan. Tidak jarang orang-orang yang ingin beproses di Dunia Pendidikan tetapi enggan untuk melewari fase Sekolah itu yang memang sudah seharusnya dilalui. Tetapi jika ditelaah lebih lanjut memang beberapa orang yang mereka enggan untuk melewati masa masa sekolah adalah mereka yang dari segi ekonomi juga kurang, dari segi lingkungan juga mungkin kurang mendukung, sehingga proses pembelajaran berlangsung tidak di sekolah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata formalitas adalah bentuk (Peraturan, tata cara, prosedur, kebiasaan) yang berlaku. Menurut saya, Formalitas adalah sebuah sikap atau tingkah laku yang biasa dilaksanakan alakadarnya. Artinya memang Formalitas ini sebuah kebiasaan yang dilaksanakan sebagai penyempurna saja. Kebiasaan formalitas ini sering dijadikan sebagai topeng untuk menutupi suatu keadaan. Contoh dalam Case ini adalah dimana seseorang melaksanakan pendidikan baik Formal ataupun non Formal bukan karena mereka ingin benar benar mengetahui sesuatu yang belum mereka ketahui, melainkan karena adanya tuntutan yang ada.

Mungkin banyak pertanyaan yang memang sering terlontar tentang, “Apakah seseorang bisa belajar tanpa harus sekolah?”, jawabannya adalah Bisa, karena memang kalo kita tilik dari sisi lain, belajar itu tanpa harus memandang tempat dan kondisi, semua berhak untuk belajar kapanpun dan dimanapun. Tapi kenapa Harus Sekolah?, mungkin sebagian orang mengetahui bahwa anak anak yang menempuh jalur pendidikan disekolah akan menjadi anak yang pandai, kritis dan lebih peka dengan keadaan yang ada serta dapat menjadi penerus peradaban.

Nyatanya?

Sebagian besar anak anak yang terlibat didalam proses pendidikan, mereka tidak benar benar menginginkan pendidikan itu, seperti yang saya sebutkan diatas, ada dari beberapa anak yang masuk ke dunia pendidikan karena tuntutan keluarga, tuntutan lingkungan atau karena keadaan yang memaksakan anak itu harus masuk ke dunia pendidikan. Atau mungkin kebalikannya, ada beberapa anak yang justru ingin menempuh dunia pendidikan, tetapi karena factor internal berupa Ekonomi yang memang tidak memadai, akhirnya anak anak tersebut tidak bisa mengikuti kegiatan belajar di sekolah sekolah. Banyak anak anak yang masuk dunia pendidikan tetapi dalam keinginan mereka sama sekali tidak pernah ada kemauan untuk belajar. Terlebih di era sekarang dimana semua anak dibuat malas malasan untuk belajar, mungkin karena dampak dari Covid 19 yang memang banyak merenggut kebiasaan anak, yang mulanya belajar dengan cara tatap muka dan berinteraksi antar guru dan murid, karena adanya Covid 19 pembelajaran harus dilaksanakan dengan system Online/ Daring yang ini merubah total pola belajar siswa.

Tanpa disadari, dunia pendidikan sekarang hanya dijadikan sebagai formalitas dalam mencari gelar, jabatan ataupun status social di masyarakat, sehingga stigma yang muncul adalah bahwa kita yang menempuh dunia pendidikan adalah para intelektualias yang paham akan keadaan di sekeliling kita. Masyarakat memandang orang yang menempuh jalur pendidikan pasti akan sukses dikemudian hari, orang yang menempuh jalur pendidikan akan hidup enak dikemudian hari, padahal itu semua salah, karena memang semua yang dilakukan kembali kepada diri masing-masing. Singkatnya adalah orang orang yang dia bekerja disalah satu perusahaan pasti yang pertama kali dimitai adalah ijazah terahir, dimana semakin tinggi ijazah seseorang, dai akan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi di kerjaannya. Orang yang sekolah tidak benar benar sekolah, buktinya banyak anak anak yang malas belajar, bolos sekolah karena mungkin mereka benar benar tidak ada keinginan untuk belajar, kembali lagi itu hanya sekedar Formalitas saja.

Sebenarnya apa si tujuan daripada pendidikan itu, apakah hanya untuk mencerdaskan bangsa atau sebuah usaha untuk melakukan perubahan dimasa depan?. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah sebuah proses tumbuh dan berkembang, yang pada intinya pendidikan itu sendiri yang akan menuntun setiap kegiatan alam yang ada pada disi anak atau peserta didik itu sendiri. Kemudian menurut Al Ghazali pendidikan itu adalah sebuah proses untuk memanusiakan manusia, artinya manusia yang selalau berpegang teguh pada nilai nilai keadilan, kesetaraan atau nilai persaudaraan akan mulai muncul identitas kemanusiaannya.

Dari beberapa pendapat diatas menunjukan bahwa tujuan pendidikan adalah sebuah upaya untuk melakukan perubahan dari suatu tempat ke tempat lain. Pendidikan sebagai jembatan menuju kearah yang lebih baik. Memang banyak tantangan pendidikan yang memang membuat proses itu terhambat, seperti masalah social, masalah ekonomi dan masalah lain yang sudah sering kita jumpai dikehidupan nyata. Miris sekali memang jika pendidikan dijadikan sebagai Formalitas saja, tanpa mengulik bahwa perjuangan dalam prosesnya sangat berat, baik proses bagaimana cara memberikapemahaman kepada anak dengan tepat, ataupun bagaimana menyesuaikan keadaan siswa dengan berbagai perbedaannya.

Tidak ada pendidikan sebagai formalitas, semua proses yang ditempuh melalui pendidikan adalah bentuk dari kesadaran akan perubahan yang harus terjadi. Orang orang yang menempuh jalur pendidikan mereka akan mendapatkan pencerahan berupa ilmu yang memang tidak bisa didapat disegala tempat. Pendidikan sekolah adalah pendidikan terbaik yang harus tetap dijaga ke eksisannya, karena banyak proses pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan sekolah tetapi tidak mengikuti prosedur yang memang sudah seharusnya diterapkan.

Orang orang yang memang masih belum menggunakan kesempatan di dunia pendidikan dengan baik, semua hal yang mereka pelajari akan sia sia. Sejatinya pendidikan itu cahaya ditengah kegelapan melanda. Orang yang yang berpendidikan atau berilmu akan tercerahkan dengan ilmunya itu. Bukan hanya itu, status social atau status jabatan yang diminta sebenarnya sudah dipersiapkan adanya. Jika kita bedah QS. Al Mujadilah ayat 11 disitu disebutkan bahwa “… Allah akan mengangkat derajat orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang berilmu beberapa derajat. “

Maksud ayat di atas adalah gambaran bahwa dunia pendidikan itu memang harus selalu melekat pada diri seseorang, terlepas apapun status sosialnya dan darimana asalnya, mereka dibebani untuk melaksanakan pendidikan tanpa tapi, karena dengan mereka menempuh dunia pendidikan mereka akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, mereka yang memiliki ilmu akan otomatis meningkat status sosialnya.

Akhirnya, menempuh pendidikan sekolah adalah sebuah keharusan, anak anak harus terdidik sesuai dengan prosedur yang ada. Boleh boleh saja jika memang anak anak tidak menempuh jalur pendidikan sekolah karena keterbatasan, tetapi tidak menghalangi anak anak tersebut berhenti untuk belajar. Menurut saya tidak ada kata terlambat, selalu ada kesempatan untuk kita belajar baik lewat jalur pendidikan sekolah ataupun bukan, semua hanya soal proses. Sekali lagi tidak ada pendidikan sekilah hanya sebatas formalitas, semua terjadi karena bentuk kesadaran diri. Tuntun anak anak yang masih memandang pendidikan sebelah mata, sadarkan bahwa stigma mereka tentang pendidikan hanya sebuah formalitas atau kebiasaan belaka itu salah, sadarkan bahwa ada hal berharga yang terdapat dalam pendidikan itu sendiri, jangan lengah untuk memberikan pengawasan dalam pendidikan.

Sepengalaman saya tidak ada ilmu ataupun pengetahuan yang sia-sia setelah kita menempuh dunai pendidikan sekolah, semua akan berguna disuatu saat, karna saya percaya bahwa hakikat ilmu akan selalu mencerahkan disaat kita membutuhkan. Bayangkan jika segala sesuatu yang dilakukan di atas bumi ini tanpa didasari dengan ilmu, maka semua akan berjalan tidak pada Relnya. Selalu ada sebab dan akibat. Memang tidak mudah dalam menempuh jalur pendidikan sekolah, akan selalu dihantui rasa malas, dihantui rasa bosan secara terus menerus, tetapi memang itulah prosesnya, tidak ada yang instant terjadi begitu saja, ada perjalanan yang harus dilalui dengan baik, tidak peduli seberapa sulit kita dalam menjalani pendidikan.

Imam Syafi’i mengatakan “Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”, artinya jangan takut orang orang yang sedang menempuh jalur pendidikan, lelah itu biasa, tidak ada aktifitas yang tidak memerlukan tenaga, semua ditempuh dengan tenaga, termasuk pendidikan, yang membedakan hanyalah lelah yang dilalui itu akan bermanfaat untuknya atau tidak, atau mungkin lelah yang dilalui hanya sebatas lelah biasa, tidak ada manfaat sama sekali. Hilangkan prasangka semua bisa terjadi seperti sim salabim, berproses dengan baik dan benar tanpa adanya paksaaan, munculkan dalam diri sendiri bahwa diri ini adalah bodoh yang harus menerima penetahuan untuk perbaikan masa depan.

Selalu ada proses dan hasil, jalani dan nikmati sampai Bismillaah berubah menjadi Alhamdulillaah. :)

Penulis : Yogi Ikhlas Saputro, mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto)





1 Komentar

  1. N. Al Ngizati Ngama Yasifah_2006040007

    Selain formalitas ,pendidikan juga sebagai kewajiban menimba ilmu dari berbagai materi yang kita terima. Mendapatkan wawasan yang luas serta tau karakteristik orang sekitar yang harus kita hadapi dengan pemikiran yang rasional. Tanpa pendidikan kita tidak tau menahu apa itu ilmu, bagaimana menyelesaikan masalah, bagaimana kita dapat perinteraksi dengan sekitar.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama