Bahan Bakar Minyak
(BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM memiliki peran yang sangat penting
bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM berpengaruh
besar hampir di semua sektor dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, karena
memicu peningkatan biaya dan operational yang melonjak. Kenaikan harga BBM di
Indonesia selalu menjadi polemik di masyarakat, khususnya pada media massa yang
memunculkan reaksi masyarakat baik itu sentimen positif maupun negatif. Hal tersebut
didasari karena BBM termasuk salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Memiliki
dampak yang sangat besar baik secara langsung dan tidak langsung.
Jika melihat
fenomena yang terjadi sekarang, pemanfaatan media massa sebagai alat politik
bagi pertarungan kepentingan para penguasa media telah menjadi gejala umum bagi
masyarakat luas. Pesatnya perkembangan media massa saat ini, juga menjadikan
media tidak lagi sebagai institusi yang ideal dalam menyampaikan informasi yang
akurat. Karena banyak menggiring opini yang menimbulkan masyarakat menjadi
semakin resah dan merasa dipersulit oleh pemerintah.
Kenaikan harga BBM
berjenis pertalite, solar, dan pertamax pada tanggal 3 September 2022 yang lalu
dapat diprediksi oleh para ahli di bidang ekonomi akan menimbulkan dampak
sistematik. Kenaikan harga BBM ini khususnya bensin, memang bukanlah hal baru
lagi bagi masyarakat Indonesia. Namun kemudian, ketika kita berfokus pada
konteks bisnis, maka terdapat hal-hal dinamis serta dapat terkait antara satu
sektor dengan sektor lainnya.
Pemerintah
memberlakukan kenaikan harga bagi BBM karena adanya desakan untuk menahan
pembengkakan anggaran subsidi. Keputusan ini dipandang beberapa ahli ekonomi
merupakan hal yang paling mungkin untuk dilakukan karena sulitnya menerapkan
pembatasan konsumsi BBM bersubsidi. Pemerintah telah mengupayakan adanya
pemantauan konsumsi BBM bersubsidi melalui aplikasi my pertamina.
Ada pun kendala
dalam menerapkan penggunaan aplikasi my pertamina tersebut tidak mudah, sebab
syarat-syarat atau kondisi yang
diperlukan untuk menunjang kebijakan ini masih amat sulit untuk dipenuhi. Di
antaranya adalah kendala sinyal dan
koneksi, mesin receiver di SPBU yang rusak juga menjadi
kendala. Selain itu juga kendala orang yang sudah lanjut usia atau pun orang
yang tidak memiliki smart phone dan gaptek, akan sangat mempersulit mereka
dalam pembelian BBM.
Adanya rencana
untuk menerapkan sebuah kebijakan, tentu memerlukan waktu untuk mengkaji,
membuat simulasi dan menganalisis terlebih dahulu terkait seberapa besar dampak
negatif yang mungkin terjadi. Akibatnya penggunaan aplikasi my pertamina pada
saat pembelian BBM, dirasa kurang efektif mengingat dengan adanya banyak
kendala yang telah disebutkan. Sehingga pemerintah lebih memilih untuk
menaikkan harga BBM, akan tetapi dengan adanya kenaikan harga tersebut tidak
mengurangi masyarakat dalam mengantri BBM.
Pemerintah seperti bernafsu sekali
dalam menaikkan harga BBM tahun ini dan membuat masyarakat semakin merasa
tercekik. Harga awal pertalite naik dari Rp
7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Harga solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800
per liter. Sedangkan, pertamax yang non-subsidi naik menjadi Rp 14.500 dari
sebelumnya Rp 12.500 per liter. Kita hidup di negara
yang masyarakatnya membutuhkan sekali akan BBM, dari mulai kalangan atas sampai
menengah ke bawah semuanya membutuhkan BBM demi keperluan ataupun pekerjaan.
Tak heran apabila kegelisahan dirasakan warga Indonesia setelah mengetahui kabar
bahwa BBM akan naik. Keseharian mobilitas
masyarakatnya saja menggunakan BBM dan di iringi dengan tingkat ekonomi
masyarakat Indonesia yang cukup rendah tentu membuat warganya ikut geram akan
kebijakan tersebut.
Imbas dari kenaikan
BBM yang diresmikan oleh Presiden salah satunya adalah protes yang dilayangkan
dari berbagai kalangan masyarakat dalam melampiaskan kegelisahaannya seperti
kelompok buruh, rakyat sipil, ibu rumah tangga, terutama mahasiswa. Menimbulkan
aksi mahasiswa berdemo dalam rangka untuk menolak kenaikan BBM tersebut, di beberapa
kota di Indonesia salah satunya adalah kota Purwokerto. Seribuan mahasiswa dari
berbagai elemen mengadakan aksi yang berpusat di Alun-Alun Purwokerto atau tepat di
depan gerbang Kompleks Perkantoran Pemkab Banyumas. Para peserta aksi
membawa berbagai macam poster dan spanduk, serta dalam sejumlah orasinya mereka
menolak dengan adanya kenaikan BBM. Mengingat masyarakat kecil atau menangah ke
bawah yang sangat membutuhkan BBM dalam mata pencahariannya. Mereka mengungkapkan aspirasinya dan meminta Ketua
DPRD Banyumas dan Bupati Banyumas menandatangani tuntutan mahasiswa.
Setelah mendengar tuntutan dari
mahasiswa aliansi di Purwokerto yang menamai dirinya dengan nama aliansi
semarak, Bupati Banyumas Ahmad Husein dan Kepala DPRD Banyumas Budhi Setiawan
bertemu dengan masa aksi. Perdebatan berlangsung sengit antara ketua DPRD,
Bupati Banyumas dan perwakilan mahasiswa aliansi semarak. Namun di tengah
perdebatan, Kepala DPRD Budhi Setiawan meninggalkan perbincangan dan kembali
masuk ke dalam pendopo setelah menyampaikan bahwa dirinya akan menampung
aspirasi mahasiswa yang telah disampaikan.
Hal tersebut memicu kemarahan masa aksi
dengan menutup barikade mahasiswa, sehingga terjadi aksi saling dorong antar
pihak kepolisian yang ingin mengantar Kepala DPRD Budhi Setiawan dengan masa
aksi yang memberontak. Aksi saling dorong tak
berlangsung lama, hal tersebut dikarenakan masa kembali terpaku kepada Bupati
Ahmad Husein yang masih berada di podium. Salah satu bentuk pemerintah
tidak memperhatikan kondisi masyarakat adalah seperti diatas, mereka hanya
mendengarkan jeritan rakyat tetapi tidak menghiraukannya. Seakan tidak bisa
memberikan solusi atas keluhan tersebut. Bagaimana Indonesia akan berkembang
jika kepada rakyatnya saja selalu mempersulit. Masyarakat miskin akan semakin
miskin, lain dengan masyarakat kaya yang tidak memikirkan betapa sulitnya
akibat dari kenaikan BBM ini.
Beberapa dampak yang sangat berpengaruh
untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah, diantaranya : pertama, pingkat
kemiskinan di Negara Indonesia akan semakin meningkat. Akibat dari pemerintah
yang menaikkan harga BBM, masyarakat dalam melakukan pekerjaannya menjadi lebih
sulit karena akan banyak pekerja yang terkena PHK dan semakin meningkatnya
pengangguran. Kedua, harga-harga kebutuhan pokok lainnya akan turut meningkat.
Kedua, tingkat kriminalitas akan semakin bertambah di karenakan masyarakat
kalangan menengah ke bawah banyak yang terdesak dan bingung bagaimana cara
mereka memenuhi kebutuhan hidup. Keempat, akan terjadi kerusuhan dimana-mana
karena semua golongan akan menolak kebijakan pemerintah ini, maka golongan
golongan seperti mahasiswa, ormas, serikat-serikat rakyat akan mengadakan demo
untuk menyampaikan aspirasi mereka agar permasalahan BBM ini dapat di perbaiki.
Adanya kenaikan BBM ini akan semakin
menimbulkan ketidakpercayaan masyakarat terhadap pemerintah. Maka dari itu,
diperlukan penanganan dan distribusi yang tepat sasaran untuk menangani
dampak dari adanya kenaikan BBM tersebut. Pemerintah harus memberikan subsidi
sebagai pengganti kenaikan BBM tersebut, sebagai contoh pemerintah sudah
membentuk penyaluran subsidi yang bekerja sama dengan bank tertentu dengan
nominal subsidi 600.000 Rupiah (enam ratus ribu rupiah) yang akan di berikan
kepada karyawan yang non pegawai negeri sipil (PNS). Penyaluran ini juga perlu
penanganan dan distribusi tepat sasaran, mengingat pada penyaluran bantuan
sosial (bansos) kemarin sudah terbukti di korupsi oleh oknum tertentu. Yang
berkaitan dengan penyaluran bansos mungkin Presiden perlu turun untuk mengecek
apakah dana tersebut sampai kepada yang berhak mendapatkan atau malah justru
salah sasaran.
Penulis : Kartika
Dewi (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Keluhan masyarakat terkait kenaikan BBM sangat menunai berbagai kontra. tidak dinaikan harga BBM pun masyarakat masih mengeluh apalagi dengan perubahan harga yang naik drastis. Mereka yang hanya mendapatkan pendapatan dibawah UMR dan UMK serta pekerjaan yang hanya sebagai tukang parkir dan lain-lain banyak yang tersisihkan hanya untuk membeli BBM. seyogyanya apabila pemerintah memikirkan kenaikan BBM ada keuntungan bagi masyarakat harus mengadakan bantuan secara tunai untuk masyarakat.
BalasHapusPemerintah seakan membuat kebijakan seakan menutup mata kepada orang orang menengah kebawah yang sulit akan semakin sulit dengan situasi dan kondisi yang ada. tanpa memperhitungkan dampak panjang di masyarakat seharusnya pemerintah mengedepankan kepentingan dan kemaslahatan masyarakat.
BalasHapusfarhan sean azad
BalasHapuspemerintah menaikan harga bbm disaat harga minyak dunia turun.aneh sekali,padahal kondisi masyarakat sedang dalam masa recovery akibat pandemi dan masih belum stabil,sekarang semua harga pokok naik kasian orang orang yang tidak mampu,semoga saja pemerintah memberikan jalan keluar secepatnya
Nurkholis (1906010095) kenaikan BBM memang banyak sekali mendapat respon negatif dari masyarakat, apalagi alasan kenaikan BBM yaitu karena menurut argumentasi pemerintah bahwa subsidi menjadi beban ekonomi karena tidak tepatnya sasaran sehingga diperlukan penyesuaian kembali harga BBM, yang tentunya argumen tersebut tidak akan bisa diterima oleh masyarakat. Bahkan seolah-olah mereka menutup mata dengan dinaikannya harga BBM justru akan semakin merugikan dan membebani rakyat miskin.
BalasHapus