Gejolak Rencana Konversi LPG 3 kg ke Kompor Listrik

Rencana pemerintah yang akan melakukan konversi LPG 3 kg ke kompor Listrik menuai banyak tanggapan dari masyarakat. Melalui PT PLN mereka sedang menguji coba program tersebut. Uji coba di lakukan hanya di 2 daerah yaitu Solo dan Denpasar. Ada beberapa alasan pemerintah mengadakan program tersebut pertama, pemerintah ingin mengurangi penggunaan LPG yang selama ini mendapatkan subsidi dari pemerintah, alasan kedua pemerintah ingin memanfaatkan kelebihan pasokan PLN yang diperkirakan mencapai 7 GW di akhir 2022 ini. Namun kelebihan pasokan ini terjadi kebanyakan di pulau Jawa, pasalnya listrik yang dipakai atau tidak yang diproduksi produsen listrik swasta PLN tetap harus membayar sesuai kontrak, maka untuk mengatasi over supply dilakukan upaya program konversi LPG 3 KG ke kompor listrik. Program ini ditujukan untuk meningkatkan demand, jika demand naik maka serapan listrik pun bisa meningkat.

PLN akan mengalami Over supply pada tahun 2030 sebanyak 41 gigawatt, karena itu setiap 1 gigawatt PLN harus menanggung beban sekitar Rp.3 triliun pertahun karena dalam kontrak jual beli listrik dengan produsen listrik swasta terdapat skema take or pay dengan kata lain listrik yang dipakai atau tidak yang diproduksi produsen listrik swasta, PLN harus membayar sesuai kontrak. Rencananya pada tahun depan, pemerintah akan membagikan paket kompor listrik kepada 300 ribu rumah tangga. Paket tersebut berisi kompor listrik, alat masak dan penambah daya khusus untuk kompor listrik atau Miniatur Circuit Breaker (MCB). MCB merupakan perangkat untuk memutus rangkaian listrik jika ada kelebihan beban serta hubungan singkat. Adanya kontra masyarakat dengan kebijakan ini adalah karena penggantian MCB tersebut oleh masyarakat yang menggunakan MCB 450 volt akan di ganti dengan 3.500 watt.

Rating Arus adalah konsumsi arus yang dibutuhkan oleh alat tersebut untuk beroprasi, MCB listrik memiliki kapasitas rating arus yang lebih kecil dari pada MCCB, hanya sekitar 63 ampere sedangkan MCCB memiliki kapasitas rating sampai 1000 ampere. Hal itu membuat MCB listrik lebih cocok untuk dipakai di alat-alat dengan rating kecil, sedangkan MCCB digunakan untuk alat-alat yang lebih berat. Akibatnya MCB lebih murah dari pada MCCB dan dari segi ukuran MCCB lebih besar dari pada MCB. Program konversi lpg ini juga dinilai mampu mengurangi beban negara atas impor LPG yang selalu mengalami masalah kenaikan tiap taun. Menurut direktur utama PLN program ini mampu menghemat APBN sampai 16,8 triliun rupiah pertahun untuk program 15,3 juta keluarga penerima manfaat. Selain itu penghematan tak hanya terjadi pada anggaran negara, tapi juga pada masyarakat, berdasarkan hitungan PLN biaya masak bisa turun 10-15 persen perbulan dengan kompor listrik.

Kelebihan kompor listrik yaitu memiliki fungsi praktis sebab tidak perlu repot untuk menukar tabung gas LPG. Kompor listrik bekerja ketika alat masak diletakan diatas kompor. Panas yang dihasilkan langsung dialirkan ke alat masak sehingga ketika bersentuhan dengan anggota badan tidak terasa panas dan aman. Sisi waktu memasak juga lebih cepat karena persebaran panasnya merata keetimbang kompor gas maka dari itu lebih menghemat waktu Keunggulan lainnya adalah keamanannya, kompor listrik tidak menimbulkan api dan asapnya pun lebih sehat bagi penggunaan sebab tidak menghasilkan emisi sehingga memiliki resiko lebih kecil jika terjadi kebakaran  serta tidak ada potensi ledakan akibat bahan bakar selain itu juga ramah terhadap anak-anak karena lebih aman.

Setelah banyak sisi positif dan kelebihan penggunaan kompor induksi, tak sedikit pula masyarakat menyayangkan program tersebut. Banyak masyarakat yang kurang atau bahkan menolak dengan adanya program tersebut. Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK indonesia) mendesak pemeerintah tak memaksa masyarakatt untuk memakai kompor listrik kalau nantinya program konversi LPG dilakukan. Pimpinan ASPEK Indonesia khawatir konversi LPG 3Kg ke kompor induksi nantinya digunakan sebagai dalih oleh pemerintah untuk menaikan daya listrik yang ujungnya akan memberatkan tagihan. Dan dikhawatirkan akan membuat sengsara masyarkat pasalnya  kenaikan harga bahan pokok dan BBM sudah memberatkan masyarakat. Selain masalah tersebut masih banyak daerah di Indonesia yang kondisi listriknya masih keterbelakangan

Menurut Director Political  Economy and policy studies Anthony Budiawan mengatakan penggantian MCB menjadi 3.500 watt sama saja denganmenaikan daya listrik beliau meminta PLN untuk lebih transparan mengenai hal tersebut supaya masyarakat tidak bingung dan resah. Pada prinsipnya menaikan daya mengakibatkan biaya pemaikaian listrik melonjak. Beliau menambahkan kalau PLN harus siap dan menjamin ketersediaan listrik bagi pengguna kompor listrik. Jika biaya listrik naik dikhawatirkan masyarakat akan kesulitan membayar dan akan mengaibatkan kemiskinan.

Direktur Eksekutif Instituate for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memberi saran kepada pemerintah untuk memberikan kuota listrik yang disubsidi dengan memperhitungkan konsumsi normal ditambah konsumsi tambahan dari penggunaan kompor listrik sehingga penggunaan listrik yang tidak produktif bisa dicegah. Anggota komisi VII DPR RI Mulan Jameela mengatakan kompor listrik tak cocok digunakan untuk memasak masakan lokal indonesia, , ia juga mengatakan bagaimana jika ada masyarakat yang sedang hajata, maka dari itu ia meminta pemerintah untuk mengkaji lagi rencana konversi gas LPG 3 Kg ke kompor listrik

Rencana pemerintah ini malah akan membebani masyarakat, belum lagi jika ada pemadaman berkala hal tersebut akan mempersulit masyarakat, selain biaya pemasangan jika menggunakan kompor listrik harus beli alat-alat masaknya sekaligus, karena bila menggunakann kompor induksi tidak bisa pakai wajan. Panas yang dihasilkan kompor listrik juga kurang maksimal jika digunakan untuk memasak makanan dalam jumlah besar, kebijakan ini lebih cocok direalisasikan untuk masyarakat menengah ke atas. Meskipun pemerintah mengklaim masyarakat tetap bisa menggunakan daya lama untuk listrik berhai-hari, dan kompor induksi diberikan MCB baru tetap saja tidak ada kejelasan tarifnya, apakah ikut juga subsidi atau tidak. Belum lagi yang memiliki usaha dagang keliling, penggunaan kompor listrik dianggap akan menyusahkan para pedagang, masyarakat mengharapkan pemerintah menimbang kembali kebijakan tersebut mengingat kenaikan BBM mengakibatkan dampak yang signifikan bagi masyarakat.

Namun pada selasa, 27 september 2022 PT PLN (persero) membatalkan kebijakan konversi kompor LPG 3 KG ke kompor listrik. PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik ini dibatalkan, hal tersebut demi menjaga kenyamanan masyarakat dalam pemulihan pasca pandemi covid-19. Selain itu PLN juga memastikan tarif listrik tidak naik, hal tersebut diputuskan oleh pemerintah melalui Kementrian ESDM. Tidak ada kenaikan daya listrik, hal tersebut untuk menjaga peningkatan daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas ekonomi, PLN tidak akan menghapus golongan pelanggan dengan daya 450 VA. Menurut direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memberi pendapat bahwa PLN terpaksa membatalkan rencana konversi LPG 3 Kg ke kompor listrik secara masif karena timbul gejolak di masyarakat.

Ia juga khawatir pembatalan program konversi LPG 3 Kg ke kompor listrik akan menambah beban PLN untuk menanggung kelebihan pasokan (oversupply) listrik. Namun menurut komaidi Direktur Eksekutif Refor Miner Institute ia memiliki pendapat yang berlawan menurutnya penggunaan kompor listrik tak berpengaruh banyak terhadap penyerapan listrik dalam negri.

PLN membatalkan rencana konversi kompor listrik karena mendapatkan banyak kritikan dari berbagai pihak, tak terkecuali para anggota dewan, kritikan dari Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK) yang menolak rencana tersebut, serta tak terkecuali kritikan dari para masyarakat. Sejak awal juga informasi mengenai program tersebut masih simpang-siur dan tidak ada kejelasan, imbas hal tersebut penolakan muncul karena masyarakat miskin yang jadi sasaran khawatir biayanya akan naik gara-gara konversi ini. Penolakan ini pun ramai diikuti oleh nitizen di media sosial.

Wakil mentri BUMN mengatakan hasil rapat koordinasi terbatas memang menutuskan untuk membatalkan rencana koversi tersebut. Keputusan pembatalan program konvergi LPG 3Kg ke kompor listrik merupakan keputusan yang bijak dari PLN, karena mereka mendengarkan masukan masyarakat dan dari pihek lain, sehingga bisa mengambil keputusan dibatalkan.

PLN terus berkomitmen untuk menjaga pasokan listrik serta mendukung pemerintah untuk melakukan pemulihan ekonomi nasional dan menjaga daya beli dan produktifitas masyarakat. PLN mendapat penyertaan modal negara (PMN) dari pemerintah selama periode 2016 hingga 2021 untuk membangun infrastruktur kelistrikan sebesar 40 triliun rupiah khususnya di kawasan 3T (terdepan, terluar dan Tertinggal). Selain itu PLN juga menyalurkan stimulus sebesar Rp. 24,3 triliun untuk masyarakat dalam upaya mengurangi beban ekonomi ditengah pandemi covid-19. Selama 2017 hingga 2021 juga di berikan kompensasi sebesar 94 triliun rupiah agar masyarakat tetap memperoleh listrik dengan tarif terjangkau dalam rangka menjaga produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.

Setidaknya ada tiga solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kelebihan pasokan listrik, pertama mengevaluasi proyek 35.000 megawatt. Kedua mengevaluasi perjanjian jual beli listrik yang memberatkan keuangan PLN dengan skema take or pay agar perseroan punya daya tawar menolak pembelian listrik jika pasokan berlebihan . Ketiga, mempercepat program pensiun dini PLTU batu bara melalui peraturan presiden (perpres) nomor 112 tahun 2022 sehingga kelebihan pasokan dihulu bisa di tekan.

Penulis : Aestitie Qoulam Fati’ah (mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama