Sekolah Untuk Belajar Atau Nilai?

Berbicara mengenai Pendidikan pasti akan selalu rekat hubungannya dengan sekolah, hal ini sudah menjadi wajar, ya kerena memang sekolah adalah Lembaga Pendidikan yang sah di Indonesia hal ini bahkan diatur didalam Undang Undang nomor 20 tahun 2003 mengenai Pendidikan di Indonesia.  Maka tak heran apabila mindset para orang tua atau orang saat ini mengatakan bahwa orang yang menempuh Pendidikan di sekolah adalah orang yang berpendidikan, orang yang pintar, orang yang cerdas dll.

Apakah Itu Salah ?

Tentu tidak, karena memang Sekolah = Pendidikan. Meskipun kita tahu bahwa Pendidikan dapat diperoleh dari mana saja, bahkan Menteri Pendidikan kita saat ini yaitu Bapak Nadiem Makarim menyampaikan kalau ‘pendidikan itu tidak hanya terbatas didalam ruang kelas saja, dan bukan hanya guru yang menjadi Pendidik, melainkan juga orang tua dan bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat”

Maka dari hal itu bisa kita simpulkan bahwa, Pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah saja melainkan dari berbagai elemen, baik itu di rumah, masyarakat atau juga tongkrongan. Namun tetap, sekolah adalah wadah yang paling baik dalam mengkader atau mendidik seseorang menjadi manusia yang lebih baik, karena di sekolah kita mengenal proses belajar, kita mengenail bagaimana menyelesaikan masalah, dan juga disekolah kita mengenal bagaimana cara berinteraksi yang baik sebagaimana yang semestinnya dan ini juga merupakan tujuan dari Pendidikan di Indonesia, maka tak salah apabila banyak orang tua rela mati matian dalam menyekolahkan anaknya di tempat yang terbaik agar mendapat Pendidikan yang terbaik pula.

Tetapi itu Dulu… Saat ini Berbeda.

Sekolah yang dulunnya di anggap menjadi tempat paling baik dalam belajar, kini rasannya berubah. Rasannya sekolah bukan lagi menjadi tempat belajar melainkan arena seseorang dalam mengumpulkan nilai

Hal ini Bukan tanpa sebab!

Ya wajar, kalau sekolah kini menjadi ajang untuk berlomba mencari nilai karena yang terpenting saat ini adalah nilai, apabila nilai kamu tinggi maka kamu lulus, maka kamu baik, maka kamu jenius tetapi kalau nilai kamu rendah kamu orang yang bodoh, IQ kamu rendah dan macam macam. Padahal kita tahu tingkat kecerdasan seseorang berbeda beda, bahkan fasilitas yang diberikan orang tuapun berbeda beda, ada yang mendapat fasilitas lengkap untuk belajar ia mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru atau dosen maka wajar apabila ia mendapat nilai yang tinggi, dan wajar pula apabila ada seseorang yang tidak mendapat fasilitas untuk belajar kemudian nilainnya jelek atau dia sulit memahami apa yang diajarkan.

Tetapi tetap, orang yang mendapat nilai yang baik, nilai yang tinggi selalu dijadikan yang utama, dijadikan yang nomor satu dan mendapatkan kesempatan macam macam, namun sebaliknya orang yang nilainya rendah atau kecil, ia hanya di pandang sebelah mata yang dimana seharusnya ia adalah orang paling berhak dalam mendapatkan perhatian seorang pendidik atau guru.

Apakah ini salah ? Ya, tentu tidak. Karena memang nilai adalah salah satu instrument yang paling simple untuk bisa mengetahui seseorang itu pintar atau bodoh, baik atau buruk. Terlepas nilai yang didapatkan itu dari mana asalnya. Hal ini juga bukan tanpa sebab, ya wajar apabila seorang siswa atau seorang penuntut ilmu melakukan demikian, karena memang sangat minimnya guru atau tenaga pendidik yang mengingatkan kita bahwa sekolah adalah proses belajar, terlepas nilai yang diberikan itu tinggi atau rendah itu tak masalah, karena sekolah itu tempat belajar bukan tempat menilai.

Walaupun sebenarnya kita tahu bahwa, nilai yang kita dapat di sekolah sebenarnnya tidak begitu berperan baik ketika kita di masyarakat, bahkan saat ini untuk mendapatkan pekerjaanpun bukan nilai lagi yang menjadi barometer tapi seberapa sanggup kemampuan kita dalam mengemban amanat yang diberikan, atau kata lain seberapa banyak hal yang kita pahami tentang apa yang akan kita kerjakan.

Sekolah yang tadinnya menjadi tempat belajar kini menjadi tempat untuk bersaing nilai, maka benar kata salah satu tokoh di Indonesia yang mengkritik Pendidikan kita saat ini, yaitu Bapak Mardigu Wowiek yang mengatakan bahwa system Pendidikan kita saat ini itu hanyalah TRANSFER DATA bukan transfer ILMU.

Tidak ada yang bisa di salahkan, karena memang seperti inilah saat ini, maka banyak bukan narasi narasi mengenai Pendidikan hanyalah formalitas, Pendidikan hanya menghabiskan biaya, Pendidikan hanya sebuah prostitusi yang terselubung dan macam macam. Guru sebagai pendidikpun tak bisa disalahkan, hal ini karena memang system Pendidikan kita, memaksa kita untuk melakukan hal tersebut.

Maka Apa Solusi yang Bisa Kita Lakukan ?

 

Solusi yang bisa kita lakukan adalah mengubah mindset kita, mengubah pola piker kita terhadap Pendidikan, terhadap sekolah terutama karena memang sekolah adalah Lembaga yang Sah yang dimana sekolah menjadi tempat terbaik untuk mendidik seseorang.  Kembalikan kembali nilai nilai sekolah yang hilang seperti dulu, seperti sekolah menjadi tempat belajar bukan tempat untuk bersaing nilai.

Nilai tetaplah menjadi barometer Pendidikan, tetapi bukan yang utama. Yang utama adalah perubahan apa yang telah ia perbuat sampai dengan saat ini, selama ia menempuh Pendidikan di sekolah atau di tempat ini. Guru harus bagaimana dalam menyampaikan hal tersebut ? Bisa dengan mulai memahami kebutuhan siswa, atau peserta didik, bisa dengan menggunakan media media yang tidak terlalu sulit dan mudah di pahami, atau bisa dengan hal hal lain yang siswa/peserta didik mempu memahaminya dengan baik. Apabila kita mampu mengembalikan fungsi sekolah menjadi sebagaimana mestinnya, maka tujuan tujuan pendidikaan yang diucapkan para tokoh, akan mampu terwujudkan dengan baik.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Nasional Indonesia bahwa Pendidikan adalah sebuah proses tumbuh dan berkembang, bukan hanya ajang untuk mencari atau mengumpulkan nilai. Dan orang orang yeng menempuh Pendidikan pun wajib serius dengan apa yang telah dia ambil, bukan hanya sebagai formalitas, melainkan ia wajib untuk bisa menyimak, memahami dengan baik apa yang telah di ajarkan, apa yang telah diberikan karena tidak semua orang mampu mendapat kesempatan yang sama, sebagaimana yang sedang kamu rasakan saat ini.

Ada Begitu banyak manusia atau anak yang tidak mampu untuk menempuh Pendidikan secara formal disekolah, banyak diantara mereka yang terpaksa berhenti karena tuntutan satu dan lain hal maka kita yang diberikan kesempatanpun wajib menggunakan kesempatan itu sebaik baiknya. Apabila sistemnya sudah baik, tenaga pengajarnya sudah baik, lingkungan sudah baik tetapi kita masih saja tidak serius, masih saja bermain main dengan apa yang kita lakukan, atau bahkan tidak bersemangat dalam menempuh Pendidikan tersebut, maka bersiaplah kalau dimasa yang akan datang kita hanya akan menjadi penonton bukan pemain.

Salah satu tokoh muslim yang begitu terkenal, Imam Muhammad bin Idris As Syafi’I pernah menyampaikan bahwa, “Jika kamu tidak mampu atau tidak sanggup dalam menahan lelahnya belajar, maka kamu harus siap dalam menanggung perihnya kebodohan”  Bahkan di dalam Al Qur’an, Allah itu memuji orang orang yang berilmu, orang yang paham suatu ilmu apapun ilmunnya, baik itu ilmu dunia ataupun akherat yang dimana ilmu tersebut adalah bagian dari proses Pendidikan, sebagaimana Allah berfirman,

…allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11

Maka untuk dapat mewujudkan tujuan Pendidikan sebagaimana yang disampaikan para cendekiawan, tidak hanya system yang harus baik, tidak hanya metode yang harus baik, tidak hanya guru yang harus baik, melainkan muridpun sama.

System -> Guru (Pendidik) -> Metode -> Media -> Siswa (Peserta Didik) <- Ini semua adalah satu kesatuan yang tidak boleh ada satu hal yang timpang atau tidak berfungsi. Apabila semua itu berfungsi, sefrekuensi, maka bukan hal mustashil sekolah akan mampu mewujudkan Pendidikan yang sangat baik. Dan tidak lagi menjadi tempat ajang dalam beradu nilai, melainkan sekolah menjadi wadah untuk mendidik manusia menjadi orang yang berilmu dan berakhlak mulia

Penulis : Zahro Mufida (mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto)



1 Komentar

  1. Untuk berpendapat saja kalo sesuatu kegiatan di awali niat dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik .. jika ke sekolah niat belajar maka di sekolah akan bersungguh-sungguh sungguh

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama